Bersama Hujan
ada titik air yang datang bersama angin membawakan kisah antara aku dan dirimu. sekalipun hujan datang dan terus menghatam, ternyata hal itu bukanlah menjadi alasan bagimu untuk selalu ada disampingku. ragamu mungkin memang tidak selalu hadir, tapi bayangmu selalu saja terlintas dalam molekul-molekul udara.
ini bukan tentang seorang adam. lebih tepatnya seseorang yang selalu ‘ada’ suka maupun duka. kamu yang seringkali kuacuhkan, seringkali kulemparkan wajah masam, seringkali kubalas dengan ketus, kamu tetap saja menanyakan kabarku. kamu bawakan bebanku bersama hujan. kamu selalu saja mengerti apa yang sedang kurasakan. walaupun aku tak berkata, kamu tahu betul bahwa aku sedang sakit: terjatuh, terteduh, atau bahkan merindu.
kamu datang bagaikan hujan sore tadi. tanpa diundang, hadir tiba-tiba.
bukankah begitu sifat hujan?
Bandung, 18 Desember 2014
21.11 (UT+7)