-
Percakapan Sunyi
ada saat dimana kita berada dalam sunyi, menyelami alam pikiran, menggali jauh, memperhatikan orang sekitar, hingga akhirnya bercermin pada diri. aku ingat betul, ketika itu kita berada di keramaian. orang bercuap-cuap memamerkan keadaan. bunyi klontang-klanting dimana-mana. dan kamu menjadikan suasana itu menjadi sunyi dalam sekejap. “mungkin enak ya jika aku mengalami hijrah. bias merasakan bagaimana hati meminta kita untuk belajar tentang agama kita. berhijab yang baik, memahami dengan rinci setiap langkah-langkah kebaikan yang kita ambil.” begitu katamu dengan suara lirih. “maksudmu?”aku bertanya ragu. “ya gitu deh.”jawabmu ikut ragu. “aku juga begitu.”lanjutku. “aku juga instan kok. sekolah pakai jilbab. liat teman pakai rok, juga jadi pingin ikut pakai rok. dikasih pelajaran…
-
Biru
hari ini tidak terasa sudah genap 200 hari sejak pertama kali aku berkenalan denganmu. yang kutahu saat itu adalah pancaran aura menenangkanmu. kamu dan tatapan teduhmu membuat hari itu seketika berubah menjadi biru. “kamu suka warna biru ya?” tanyamu membuyarkan lamunanku. aku duduk di taman kampus. kurasa tempat ini sangat pas untukku terutama saat aku sedang ingin menyendiri: sibuk dengan tumpukkan tugas-tugasku. “Eh, kok tiba-tiba nanya begituan?” jawabku spontan. “habisnya, hampir semua bukumu yang aku pinjam, selalu saja ada hambar ini.” katanya sambil menunjuk sebuah gambar disudut halaman. bintang. “Oh itu. aku memang suka bintang. kata ibu, mungkin karna mengalir dari namaku. ada surat didalam al-quran yang berarti bintang, dan…
-
(si)apa Tuan Merah
Nyanyian angin bersama alunan merdu rumput, membuat senja ini smakin menjadi-jadi. Burung yang biasanya bersuka cita menyambut senja kini entah kemana. Ada sebilah kaca dan serpihan tanda tanya yang berserakan. Mewarnai atau mengotori (?) Senja tidak selamanya akan indah, begitu kata merpati. Apa yang menurut kita indah belum tentu sama indahnya bagimu. Karna bagaimanapun juga, keindahan akan hadir saat hati, mata, dan pikiran bersama-sama memiliki rasa: iya, itu indah. Begitu juga tentang hal-hal yang biasa kita rasakan: baik, bagus, elok, cantik, tampan. “Mengapa hanya yang baik-baik saja? Bagaimana dengan sakit? Jelek? Jahat?” Tanya adik dengan penasarannya. “Kau harus tahu bahwa disitu, disitu, dan disitu, ada tuan merah yang selalu menyertai.…
-
Kita (?)
Terlalu banyak yang pada akhirnya membuat luka antara satu dengan yang lain. Memanjakan para tuan merah, membuat mereka tertawa: layaknya para penghibur di dunia gemerlap. Masih belum cukup?
-
Anak Perempuan Ayah
Pada suatu hari di saat senja bertandang menyambut gelombang rasa, sepasang merpati bersandar di dahan pohon besar: menatap jingganya langit senja. Mereka menikmati keindahan bersama. Saling mengepakkan sayap, berbagi sarang, berbagi harapan, berbagi keindahan, berbagi hari tua: bersama. “Ayah, kalau adik sudah besar nanti, adik jadi apa yaa?” “Loh, memangnya adik ingin jadi apa? Kan cita-cita itu ada banyak. Adik bisa mencocokkan mana yang sesuai sama keinginan dan kemampuan adik.” “Adik gamau jadi apa-apa. Adik cuman ingin hidup tua bersama ayah. Kalau ayah nanti jadi kakek dari anak-anak adik, adik jadi nenek dari cucu adik. Pusing ya yah? Pokoknya gitu deh yah. Kelak di hari tua ayah, adik ingin selalu…
-
Jalan Panjang
hujan pergi meninggalkan jejak rintiknya. ia bawakan segengam kisah dan rindu menatap suka maupun duka. rintik demi rintik diberikannya makna dan tanda. awan kelabu menyaksikan peristiwa demi peristiwa. (mungkin) ini sudah saatnya. “Bunda, apa benar ini karena aku? kenapa mereka begitu tega terhadapku?” kubertanya sambil menundukkan kepala. “Nak, pernah mendengar tentang kisah bisikan rahasia tentang masa depan?” “memangnya ada yang seperti itu bunda?” “Tentu ada. namun terkadang kita yang kurang memahami. kita masih enggan untuk sedikit membukakan telinga untuk mendengar bisikan itu. padahal rahasia masa depan itu jelas adanya.” “Bunda pernah mengalami hal itu?” Bunda tersenyum. Ia membelai rambutku begitu lembut. aku masih menundukkan kepala. sesekali air mata keluar dan jatuh…
-
Hadapilah
uraian kata menjadi makna. ungkapan makna menjadi bait-bait indah yang mewarnai isi hati. ada beberapa hal yang tanpa disadari, kita begitu mudah mengucap kata ‘terlanjur’. terlanjur baik, terlanjur jahat, terlanjur sedih, terlanjur bahagia, atau justru terlanjur cinta. banyak dari kita yang pada akhirnya menyalahkan istilah terlanjur. seakan-akan hal itu adalah hasil dari keputusan yang terburu-buru. apa betul begitu? kita terburu-buru untuk memilih menjadi baik? atau terburu-buru menjadi jahat? mungkin karena kita yang kurang sensitif, bahwa sebenarnya keputusan terburu-buru yang kamu bilang itu adalah sebuah komitmen yang kamu pilih untuk dipegang dan dijaga. bukan berarti menjadikan objek untuk disalahkan. ia ada karena kita yang memilih, bukankah begitu? “ibu.. lihat, disekeliling kita…
-
Senja dan Fajar
suatu hari senja hadir tanpa adanya tanda. ia datang bersama kumpulan awan gelap dan gemuruh suara tak beraturan. burung dengan sekejap bersembunyi dibalik pepohonan. kumbang, belalang, menanti dibawah ilalang. tak seperti biasanya senja seperti ini. mondar-mandir, meniup atau memanggil awan untuk menutupinya. lalu fajar dari kejauhan menatap senja. walaupun (mungkin) senja tidak pernah menyadari tetapi begitulah fajar. ia akan terus memperhatikannya, menunggunya, meski harus dari kejauhan. ia yakin bahwa akan datang waktu yang tepat untuk bertemu antara senja dan fajar. sedangkan matahari menyaksikan tingkah mereka berdua. kata matahari pada fajar, “biarkanlah senja. biarkanlah ia berpikir: merasakan betapa besarnya perjuangan. bukankah begitu seharusnya? tetap dalam penjagaannya untuk meraih suatu kemuliaan. percayalah…
-
Alam dan Anak Kecil
apa yang selama ini orang ributkan ketika dunia tidak lagi berkompromi dengan kita? ketika diam-diam sekeliling tidak lagi memberikan kita dukungan? ketika semua yang kita kobarkan ternyata sia-sia: tidak ada lagi yang peduli. “dunia itu pelik”, begitu katanya. ada banyak hal yang terkadang tanpa sadar kita tidak tau, mana yang sebenar-benarnya kenyataan atau hanya sekadar pura-pura. setiap hari, jam, menit, detik; aku perlahan menilik alam dan anak kecil. tentang daun yang yang menari-nari bersama angin. tentang pohon yang bersiul bersama burung. tentang air yang berlari bersama arus. begitu juga dengan anak-anak kecil yang duduk bersama rumput. ah, seandainya dunia yang kutau hanyalah tentang mereka. menjadi alam atau menjadi anak kecil.…
-
Kisah Waktu
teruntuk jarum jam, sekalipun banyak yang bilang bahwa kamu ini lambat, tetapi tidak bagiku. begitulah caramu. menghampiri satu-satu begitu lambat tetapi tenang. kamu abaikan semua yang ada dihadapanmu. sekalipun kamu tertinggal tapi dengan yakin bahwa langkahmu tidak akan pernah sia-sia. sehingga pada akhirnya kamu akan datang dan sampai kepada seseorang yang ingin kautuju. teruntuk jarum menit, kamu selalu begitu. sekadar berkata bahwa kamu ada diantaranya. tidak cepat-tidak pula terburu-buru. entah aku pun tidak mengerti cara apa yang ingin kamu lakukan. cukup sedang-sedang saja kah? atau…… ya, mungkin begini cara kerja yang telah kamu rancang untuk masa depanmu. teruntuk jarum detik, ah! cepat sekali dirimu. dengan sigap kamu kejar apa yang ingin…
-
Perihal Sebuah Kekuatan dan Ketegaran
ada yang namanya pagi setelah malam. ada pula yang namanya lapar setelah kenyang. begitu seterusnya, membentuk sebuah hubungan yang terkait. jika setelah ‘ini’ ada maka ‘itu’ akan mengikuti. katanya aku adalah orang yang tidak pernah diam di sekolah. selalu saja membuat suasana ruangan kelas menjadi hidup. entak baik ataupun tidak yang jelas sekalinya aku terdiam maka suasana kelas seakan tidak hidup seperti biasanya. bukankah pernah kamu melihat aku termenung? mengendap-endap dalam kebisuan. sedangkan ketika kamu datang dan menyapa maka aku akan menyiapkan segala cara membentuk raut wajah. tersenyum atau membalasnya dengan sangat dan sangat bahagia. sama halnya saat kamu mengejutkanku, maka aku sudah siap. siap dengan raut wajahku yang tersentak kaget. kalau…
-
Sebuah Tanda
mengapa keberadaan menjadi sesuatu yang terus menerus dipertanyakan? mengapa diam menjadi sesuatu yang seringkali dielu-elukan? kita ini aneh. begitu katamu. jika tidak hadir, kita menantikannya. lalu jika hadir, kita biarkan begitu saja. kita ini terlalu yakin atau memang berusaha untuk mengagungkan keyakinan? ataukah kita sedang menunggu sebuah pertanda? tentang sebuah tanda. sudah hampit seminggu, penggalan ayat al-hasyr:2 terus hadir dalam pikiran maupun bayangan. mengambil pelajaran disetiap kejadian. mengamati dengan benar, mempertajam kepekaan, menganalisis setiap langkah. iya, ada yang namanya sebuah tanda, dia hadir dan tidak mudah untuk menyadarinya. contohnya saja saat kuliah. sudah dua kali-dua hari berturut-turut, kata astronomi muncul di sela-sela mata kuliah. tidak biasanya dosen biologi menyebut kata…