antara emosi dan cemburu
aku meletakkan tasku disamping kasur. berat tasku cukup menambah lelahku dalam keseharian. kata teman, tasku sudah seperti anak SD yang sekarang harus memusingkan diri di ruang kelas bahkan untuk waktu yang tak berujung.
aku mengganti pakaianku. kucium aroma yg sangat tdk asing lagi di hidung. aroma ini mengingatkanku pada kericuhan hari ini. pagi yg cerah mengharuskanku untuk menyusuri setapak arboretum. rumput-rumput yg rimbun tak membuatku menyerah untuk menemukan famili Convolvulaceae. dan aku tak bisa mengeluh dan menyalahlan orang lain. embun pagi hari tega menyentuh pakaianku. ya sentuhan itu membuatku dingin.. ketika mereka membasahi rokku.
aku rasa kelakuanku membuat kesal diriku sendiri. aku terlalu meluap luap hingga akhirnya tak sadar umpatan keluar dari mulutku. mungkin ini semua karena kericuhan hari ini. mondar-mandir depan belakang kanan kiri. memutuskan segala yang ada. aku tak akan meninggalkan kelompokku. walaupun akhirnya aku terlanjur emosi.
aku sudah di kamar. melanjutkan aktivitasku. seperti biasa tugas-tugas kuliah yang membuatku harus bertahan lama di depan laptop. zaman sekarang, orang sudah tak begitu tertarik lagi dengan buku yang tebal halamannya terlalu jelas untuk dilihat. tebal. apalagi isinya tentang pengetahuan yang jujur saja, masih asing didengar.
kau tahu. ketika aku membuka laptopku dan memulai penjrlajahanku di dunia maya, aku membaca sesuatu yang seharusnya tak kubaca. melihat sesuatu yg seharusnya tak kulihat. merasakan sesuatu yang seharusnya tak kurasakan. hujan malam ini juga ikut menyaksikan dari balik kaca jendela. rintik-rintik tajam. dinginnya menyelimuti kamarku. kamu. ya kamu yang disana pasti sedang bersenang-senang dengan pengagum rahasiamu. dia dekat denganmu. dia bisa melihatmu kapan pun yg ia mau. entah apa yg kurasakan sekarang. sedangkan aku? aku pikir itu tak adil. melihatmu hanya melalui jejaring sosial yang pastinya disitu aku tak dapat melihat tawamu. kau kejam. bahkan kau mungkin tak merasakan apa yang kurasakan. aku cemburu melihatmu.
ya apakah hari ini begitu spesial? bagaimana mungkin aku harus merasakan kericuhan dr pagi hingga malam? ricuh yang kualami tak sepandai pengendali hati. ketika akhirnya emosi diadukkan dengan cemburu. apakah ada hubungannya? jika kubuat irisan “em” mungkin bisa saja, tapi bukan itu yang kumaksud. mirisnya hidup ketika aku terus menerus dalam dunia emosi dan cemburu. dunia sekitarku dan dunia nya. memang berbeda. jadi untuk apa kau sibuku cemburu dengan urusannya yang jauh disana? lebih baik kau urus dirimu disini. biarkan suatu saat nanti emosimu tak lagi menguasaimu dan kecemburuanmu itu akan terjawab.
penyatuan dua hal yang dipaksakan.
UT+ 00.50
bersama hujan kuingat ricuhnya hari ini