Setiap Anak Punya Sisi Spesial
Sudah beberapa bulan ini sering baper karena melihat status teman-teman. Apalagi melihat tumbuh kembang anak-anaknya. Ada yang baru 2tahun udah pinter toilet trainingnya, ada yang umur 3 tahun udang bisamengerjakan aktivitas menulis darienulis abjad, sampai bahkan usia 4 tahun udah lancar baca. Ada juga yang sudah pintar menghafal surat pendek, pintar ngocehnya, dan sebagainya.
Dari sekian banyak kebaperan itu, aku jadi intropeksi diri, apakah aku yang sebagai ibu tidak pandai dalam mendidik anak-anak? Atau memang anakku yang kurang pintar? Apa ga terlalu terburu-buru meminta anak untuk belajar?
Banyak pertanyaan yang muncul. Banyak pula aku sharing ke sesama kawan danembaca tulisan parenting. Dan jawabannya pun beda-beda. Ada yang tergantung anaknya, kalau anaknya terlihat suka dan tertarik dengan aktivitas belajar bisa jadi peluang untuk ditemani belajarnya. Ada juga yang anaknya pengennya masih main terus, ya sudah biarkan saja karena memang masih di usianya biarkan main sepuasnya.
Rumput tetangga lebih hijau
Terkadang masih saja terbesit rasa iri. Pengen kalau anaknya sudah pintar bicaranya, sudah bisa pegang alat tulis, mewarnai, membaca, ya layaknya anak-anak pintar di usianya. Begitu kurang lebih kacamata umum mengatakan seorang anak yang pintar.
Suatu hari, ketika aku keluar dari kamar mandi membasuh muka, tetiba anak pertamaku mengambilkan handuk lalu memintaku duduk. Setelah kuturuti, dia kemudian memegang handuknya lalu mengelap wajahku, mengelap kakiku. Dan semuanya dia lakukan dengan lembut dan sungguh pelan-pelan. Saat itu kaget dan pengen nangis jujur.. Maasyaa Alloh nak, ternyata buat apa aku pusing-pusing iri melihat ke pintar an anak orang lain. Nyatanya anakku bahkan lebih pintar daribyang kubayangkan. Bukan cuman pintar tapi ke sholehah annya adalah dambaanku sebagai sebagai seorang ibu.
Mungkin memang mindset kita, ingin anaknya bisa ini bisa itu. Meski rasanya beda tipis karna pada akhirnya ada rasa bangga yg timbul sebagai orang tua. Ini manusiawi dan wajar tapi jangan lupa bahwa kita sebagai orang tua hanyalah perantara, sisanya tetap Alloh yang menentukan. Bisa jadi memang kita yang tidak telaten dalam mendidik anak-anak, tetapi jangan lupa kalau anak-anak punya hak di usianya. Kalau usianya masih kecil ya jangan dipaksa buat belajar kecuali kalau anaknya yang suka. Ini pelajaran betul yang harus aku pahami. Begitu juga dengan hafalan contoh sebagai penghafal quran. Orang tua mana yang tidak mau anaknya sebagai generasi qurani. Seandainya ketika kecil anak sudah terlihat kepintarannya dalam menghafal, ya bisa kita arahkan sesuai dengan kemampuannya meski itu masih kecil. Kita bisa motivasi tanpa paksaan sehingga dirinya mampu memutuskan dan bertekad untuk menghafal kala dini. Karena kita pun harus tahu, menghafal itu tanggung jawabnya besar. Ketika seorang anak sudah memegang hafalan sejak kecil, maka sepanjang hidupnya harus menjaga hafalan itu, artinya bisa jadi masa kecilnya tidak bisa banyak bermain seperti teman-temannya karena kita pun akan meminta agar setiap harinya disiapkan waktu untuk murojaah alias mengulang-ulang hafalannya. Karena pada akhirnya hafalan quran memang akan memuliakannya tapi jangan sampai justru memintanya karena agar kita sebagai orang tuanya terselamatkan di akhirat nanti sebab upaya seorang anak.
Kita sebagai orang tua pun mampu memetakan sebetulnya apa sih yang betul-betul kita harapkan dari seorang anak. Akhlak anak yang terpuji? Memahami adab sesuai ajaran agama? Meriah prestasi sebagai juara? Pandai bermain musik? Anak yang terjamin kehidupan duniawi nya dengan materi? Atau Anak yang kita siapkan ketika kita tua nanti, anak akan merawat dan menemani kita?
Jadi, setiap anak pasti punya sisi spesial. Begitu juga antar saudara kakak adik, saudara sepupu, atau anak dari tetangga atau teman. Semoga ketika kita melihat kelebihan seorang anak itu menjadi motivasi kita sebagai orang tua untuk tetap memperhatikan potensi anak di usianya untuk masa depannya.
Tentu saja, tidak dengan paksaan, kita arahkan dan yang paling penting jangan lupa Do’akan anak-anak sisanya serahkan pada Allah SWT.
Wallahu a’lam
Untuk pengingatku kepada anak-anak ku