membebaskan rembulan
malam menyapa. rembulan begitu cantik. ia tak seperti hari sebelumnya, sendu. namun ada yang aneh. mengapa aku tak sejalan dengannya? aku ingat betul ketika aku menangis saat itu, rembulan juga menemaniku, sendu.
aku berbaring di sebuah alas yang begitu nyaman. mesin di otakku bergerak cepat sangat cepat. aku bersyukur sekrup-sekrup nya tak lepas. aku terus berpikir dan berpikir. tak penting tapi berarti. penuh harap. tak perlu kepastian. apakah harapan itu akan kuraih? apakah aku begitu menginhinkannya? semua sudah terjadi. semua sudah terjadi. ya sudah terjadi. aku termenung. pupil dimataku menatap langit-langit. mesin bergerak semakin cepat. bahkan suaranya terdengar hingga palung hati. aku tercekat. semakin dalam dan semakin dalam. suara itu membuatku semakin pilu. membuatku bergetar. aku takut untuk sesuatu yang tak perlu kutakuti. aku ingin membebaskan rembulan. ingin kulihat ia dengan kecantikannya yang memesona. aku? aku hanyalah angin yang tak perlu kau perhatikan. angin yang hanya mampu dirasakan. angin yang berhembus begitu tulus dan lembut. apakah aku mampu bersama mu? pantaskah aku?
aku terdiam. pilu di hatiku. aku tahu, tak seharusnya aku seperti itu. aku sadar. jika harapan itu pergi, mampukah aku? membebaskan rembulan? masih pantaskah aku sedangkan aku sudah jauh berhembus melewati jurang dosa?
aku ambil lembaran putih. membersihkan kerak dihatiku. Iya aku akan memuliakan diriku. membawa banyak kebaikan yang sampai kapan pun tak mampu dilihat tapi mampu dirasakan.
UT+ 22.30
aku dan sekrup kecilku
0 Komentar
harni mutia sara
baca prosa- prosa mba ku cuma bisa like, dan gak bisa berkata – kata, alah, hhaa
azifah an'amillah
ciyee akhirnya aktif lagi 🙂 ayo harni mana tulisannya?
apa? harni speachless? udah sering … hahaa kaget yak!^^