Sastra dan seisinya

tak selelah mendaki gunung

saat kau bertanya tentang bagaimana lelahnya mendaki gunung, aku bisa menjawabnya. guruku bilang asalkan “bermodal dengkul” kau bisa mengelilingi luasnya daerah tersebut. menikmati indahnya alam. takjub dengan biodiversitas negara kita. mungkin karena kau bukan seorang biolog, kau akan merasa biasa aja. seperti aku dulu yang hanya menganggap semua tumbuhan itu sama. hijau.
ketika kita berbicara tentang amar ma’ruf, maka aku akan membahas tentang lelahnya mendaki gunung. tapi bukan dengan modal dengkul, namun “bermodal sabar”. mengajak kebaikan memang tidak sulit. bahkan kau akan merasakan lelah yang luar biasa. modal sabar itu tak cukup hanya dengan kata-kata tapi juga hati. kau tahu rasanya? capek. ya capek skali. tak jarang air mataku tiba-tiba terjatuh. karena apa? karena aku takut jika aku tak berhasil. aku takut jika aku sendiri disini. aku terlalu melihat berbagai aspek. hingga aku merasa capek, capek dalam kesendirian.
aku bertanya pada angin. seberapa besar keegoisanku. aku lupa. masih banyak teman2 disini. teman2 yang kuyakin mereka juga menginginkan hal itu. mengajak kedalam kebaikan. memang susah. ya susah sekali. apalagi jika kita mengingat-ingat perjuangan kita. kau pasti akan lelah dan ingin pergi darj kewajibanmu itu. tapi tahukah kau? ketika kau mengajak dengan rasa senang, rasa sayang terhdap sesama, kau tak akan pernah lelah. aura dalam dirimu yang bgtu harum dan menyejukkan. ya kekuatan dari hati ke hati.
Jatinangor 10.50 (UT+7)
aku dan sekrup kecilku
di biologi univ padjadjaran

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!