Sastra dan seisinya

kesaksian angin

kurasakan angin yang sama. seperti saat itu. angin ketika ia untuk pertama kalinya menyapaku.
aku bersyukur telah mengenalnya. walaupun sampai sekarang aku lupa bagaimana awal mula perjumpaan kita. mungkin selama ini percakapan yang kita lontarkan hanya sebuah formalitas saja. kuharap kita sama-sama tahu bahwa sebenarnya kita hanya tertawan didalam sebuah lingkaran. kuucapkan terimakasih pada lingkaran itu. kali ini aku benar-benar terjebak dalam ikatanmu.
guguran daun itu masih kuingat. bagaimana angin membuatku jatuh pada obrolan kita saat itu. disebuah tempat yang ramai tapi seakan sunyi. kita menyelam dalam obrolan sunyi kita. bertanya pada hati masing-masing.
aku merasakan kedamaian saat bersama drngannya. jatuh kedalam tatapan teduhnya. bahkan aku bergetar bak kilat menyambar atau setruman jiwa yang menyengat saat ia mengucapkan namaku.
aku bercerita banyak hal. “oh pangeranku, bagaimana kabarmu disini?” dan pertanyaan itu tertinggal karena aku tak sanggup mengatakannya. semoga kau baik-baik saja, akankah kau menjemputku?
pertemuan cukup lama tapi terasa sangat singkat bagiku. jalan-jalan yang kita lewati mungkin akan menjadi saksi kesuksesan kita. tidak, kuharap lebih dari itu. saksi kebersamaan kita untuk sampai di jannahNya.
ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. dan aku benar-benar tak sanggup mengatakannya.
sampai detik ini, aku mengharapkan hadirmu. kita jauh. terpisahkan antara ruang dan waktu. aku yakin pertanyaan-pertanyaan itu tak perlu kulontarkan. kuharap kamu bersedia menceritakannya suatu saat nanti. saat kamu menjemputku. dan aku tetap dalam kesetiaanku. menunggumu.
aku dan kamu.
tasikmalaya, 18 april 2014
UT+7
01.26
dalam kesunyianku mengingat pertemuan kita saat itu

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!