Kompor Kayu Sustain: Pawon / Hawu Pelajaran Turun Temurun
Siapa di kampung halamannya masih ada kompor dengan bahan kayu sebagai pembakarnya? Kompor kayu atau di Jawa bagian Tengah biasa disebut dengan pawon, sedangkan di Jawa bagian Barat biasa disebut dengan hawu, sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari masyarakat dahulu.
Cerita menarik dari kompor kayu ini ternyata bukan hanya karna kala itu tidak bisa membeli gas, tetapi ada segudang circular kehidupan yang menjadikan kompor kayu sebagai kompor sustain.
Mengapa bisa begitu?
Bahan utama dalam penggunaan kompor kayu adalah dahan/ranting pohon. Dahan/ranting ini didapatkan dari hasil tebang para petani di kebun maupun di kebun Talun. Sebutan kebun ialah sebidang lahan yang ditanami oleh tanaman musiman sedangkan kebun talun adalah sebidang lahan yang ditanami oleh tanaman musiman dan beberapa tanaman pohon berkayu.
Ternyata pohon kayu yang ditanam tidak hanya dibiarkan tumbuh begitu saja, tapi ada perlakuan khusus yang harus dilakukan oleh pemiliknya. Kalau pernah menonton film wood job atau sedikit tahu tentang ilmu kehutanan, tanaman pohon berkayu di masanya harus dilakukan perapihan cabang batang/ranting. Cara perapihannya cukup dengan tebang bagian cabang batangnya. Hal ini juga serupa perlakuannya dengan pohon berkayu yang ditanam di kebun (kebun talun). Para petani akan melakukan penebangan cabang batang pohon jika dirasa tajuk pohon semakin lebar. Hal ini dilakukan agar tajuk pohon tidak menutupi sinar matahari yang seharusnya didapatkan oleh tanaman sayuran yang ada disekitar pohon. Begitu juga dengan kebutuhan hutan produksi, pohon pohon dirapihkan batangnya agar tidak mengganggu pertumbuhan pohon disekitarnya sehingga bisa mendapatkan intensitas sinar matahari yang sama. Bagi hutan produksi, sudah barang tentu batang pohon akan dipanen dan jadi bahan baku utama kebutuhan pabrik industri seperti bangunan, furniture, dan lain-lain.
Lalu bagaimana dengan ranting atau cabang batang yang ditebang oleh petani kebun?
Dari sini kita akan belajar, bahwa nenek moyang kita tidak pernah mubazir dan menjadikan kesehariannya bagian dari sustain life. Yap betul, hasil perapihan pohon oleh petani kebun dibawa ke dapur rumah masing-masing. Dari sinilah mengapa kompor dengan bahan bakar utama kayu sangat berperan dalam kehidupan berkelanjutan. Adapun sisa pembakaran kayu akan berubah menjadi arang. Arang tang bagus bisa dijual atau dipakai lagi untuk masak ayam/ikan bakar, sedangkan yang sudah membentuk serbuk dijadikan pupuk tanaman.
Mengapa Kompor Kayu Sudah Banyak Ditinggalkan?
Padatnya lingkungan penduduk, rumah yang berhimpitan, membuat kayu kompor menjadi pengganggu sosial. Pasalnya, asap hasil pembakaran menimbulkan polusi udara dan tidak baik pula jika terus-terusan dihirup oleh sistem pernafasan apalagi tetangga yang tinggal berdekatan. Selain itu, lahan yang dibuka menjadi rumah/tempat tinggal, tidak lagi banyak ditemukan lahan untuk kebun apalagi pepohonan. Sehingga bahan utama untuk kompor kayu pun xukup sulit didapatkan. Kalaupun ada, belum tentu pemilik kebun mengizinkan untuk sekadar mengambil ranting pohon.
Memakai Kompor Kayu
Buatku, memakai kompor kayu ternyata memiliki keseruan tersendiri. Berhubung aku tinggal di sekitaran kebun sehingga cukup sering menemukna ranting pohon dan lokasi tumah jug ajaih dari tetangga, akhirnya diniatkanlah untuk menggunakan kompor kayu. Penggunaan kompor ini lebih tepat dipakai jika untuk memasak yang butuh waktu lama seperti ubi bakar atau membuaat rebusan lerak. Ya, berhubung saya pengguna sehari-hari sabun cair lerak jadi saya cukup rutin untuk membuat stok simpan sabun cair lerak ini.
Barangkali teman teman mau mencoba, yang pasti sudah tahu betul rag manfaat sabun lerak ini terutama dalam meminimalisir pencemaran lingkungan. Aku jual juga di Toko Online ku, silahkan mampir:
Sabun Lerak Cair Harga Rumah di Tokopedia
Sabun Lerak Cair Harga Rumah di Shopee
Sabun Lerak Cair Harga Rumah di Website
0 Komentar
Keke Naima
Waktu nenek saya masih ada, dapurnya masih menggunakan kayu bakar. Saya paling suka kalau nenek udah bikin ikan mas bakar. Cuma dikasih sambal jahe. rasanya udah enak banget
Azifah An'amillah
mantyaap jadi pengen nyobain mbak hihi
Demia Beauty Blogger Bandung
ya ampun kangen banget masak pake tungku kayu gini, apalagi kalo buat masak liliwetan, enaknya nggak ada dua udah hihi, bikin singkong bakar juga mantuls banget pake ini hehehe
Azifah An'amillah
asikkkkkk bangeet
Nabilla DP
aku kalau lihat kompor kayu begitu, inget almarhum mbahku di desa, mba. meskipun udah dibelikan kompor gas, masih suka masak di pawon gitu.. unik sih cuma asapnya ituu hehehe
Azifah An'amillah
iya asapnya benerrr..
Kata Shyntako
wah aku kalo mudik pulang kampung tuh masih menemukan loh orang-orang memasak pakai tungku/kompor kayu, memang lebih berasap tapi makanan juga lebih sedap rasanya yaa
Azifah An'amillah
iya ya knapa yaaaa… kujuga merasakannya
bicaraahati
Dulu sih ini pernah dipke di rumah, tapi wktu jaman ai masih kecil. Konon klo memasak pake kompor kayu, wuih enaknya makanannya. Beda rasanya
Azifah An'amillah
oh yaaaaaaa.. mantap benerr
Rach Alida
Di rumah mertuaku ada kompor kayu juga dan benar dipakai untuk memasak dalam jangka waktu lama.
Azifah An'amillah
betull lumayan ternyata buat nyalain kompornya juga hihii
Rahmah Chemist
Andai rumahku bisa kayu bakar, aku akan memilih itu, Kak
Karena aroma makanan dengan kayu bakar jauh lebih nikmat
Azifah An'amillah
mantaaappppp
Yuniari Nukti
Masak dengan kayu sekarang mulai ditinggalkan karena males dapur jadi kotor, padahal rasa masakan yang dimasak pake kayu lebih lezat. Ada sensasi aroma sedap-sedapnya.
Ternyata nenek Moyang kita cerdas merawat kebun dan hutan. Nebang, tak asal nebang hehe
Azifah An'amillah
betul mbak aku setujuuu banget hihi
lendyagasshi
Kompor kayu ini sudah pasti orangnya kaya…
Soalnya rumahnya pasti besar dengan dapur yang ramah lingkungan.
Kalau zaman sekarang, apalagi yang tinggal di apartemen, sedih banget.
Lahan buat jemur baju aja terbatas.
Hiiks~
Azifah An'amillah
hihiiiii bukan kayanya mungkin mbak, rerata karna hidup di kampung dan belum padat penduduknya sehingga lebih leluasa untuk menggunakan kompor kayu
Mugniar
Menarik ya, mendukung pola hidup sirkular, asalkan di sekeliling kita banyak tanaman yang bisa dipergunakan rantingnya.
Azifah An'amillah
betull syekali mbaaak
Rani Yulianty
Konon katanya kalau masak pakai hawu/pawon tuh rasa masakan lebih enak, saya ada tempat makanan langganan, dan mereka masaknya masih pakai hawu