Cerita di Sekitar Kita,  Cerita Makhluk Hidup,  Cerita Menanam

Kunci Spesies Budaya (Cultural Keystone Species)

Photo by Artem Beliaikin on Pexels.com

Pada tahun 1960-an Robert Paine menyatakan bahwa suatu spesies dikatakan sebagai spesies kunci jika spesies tersebut memegang dan menjaga sistem dengan menjadi predator bagi spesies yang nantinya dapat mendominasi ekosistem. Pernyataan tersebut didasarkan pada penelitiannya di Zona Intertidial Samudera Pasifik mengenai ochre starfish (Pisaster ochraceus) yang menjaga populasi kerang (Mytilus californianus) sehingga dapat hidup berdampingan dan tumbuh subur dalam komunitas buatan karang. Adapun telah diteliti ketika spesies P. Ochraceus dihilangkan dalam ekosistem, maka biodiversitas spesies berkurang dari delapan hingga 15 spesies (Paine 1969 dalam Garibaldi dan Turner 2004).

Konsep spesies kunci terus berkembang hingga tahun 1996 pada sebuah pertemuan dimana para ahli ekologi mendefinisikan spesies kunci sebagai spesies yang mempunyai pengaruh besar terhadap komunitasnya dan besarnya relatif tidak sebanding dengan
kelimpahannya (Power et al. 1996 dalam Garibaldi dan Turner 2004). Peran spesies kunci juga diungkapkan oleh Cristancho dan Vining (2004) yang menegaskan bahwa spesies kunci mempunyai peranan lebih penting dibandingkan spesies lain. Definisi-definisi di atas mengacu pada peran suatu spesies dalam ekosistem atau sistem ekologi, yang dikenal dengan istilah Ecological Keystone Species (EKS) atau spesies kunci ekologi. Berdasarkan konsep inilah, maka berkembang konsep mengenai spesies yang mempunyai peran penting dalam kebudayaan dan bernilai secara budaya disebut dengan Cultural Keystone Species (CKS) atau spesies kunci
budaya (SKB) (Cristancho dan Vining 2004).

Sama halnya dengan spesies kunci yang penting dalam menjaga kestabilan ekosistem, maka spesies kunci budaya juga penting untuk menjaga stabilitas suatu kelompok budaya pada suatu waktu (Cristancho dan Vining 2004). Spesies kunci budaya membentuk suatu fungsi yang sangat penting dalam budaya. Jika spesies tersebut hilang atau keluar dari suatu kehidupan budaya, maka akan mengakibatkan gangguan budaya. Elemen penting dalam konsep ini adalah pemanfaatan spesies oleh masyarakat, keberadaan atau kelimpahan spesies dalam komunitas masyarakat dan fungsi spesies dalam struktur budaya, fisik dan sosial. Kepentingan utama spesies kunci budaya
adalah peran kritisnya dalam masyarakat yang diteliti.

Menurut Garibaldi dan Turner (2004), indikator untuk menjadi spesies kunci budaya yaitu intensitas, jenis, dan banyaknya penggunaan; penamaan dan terminologi dalam bahasa, termasuk
digunakan sebagai indikator musiman atau fenologi; peran dalam narasi, upacara, atau simbolisme; ketekunan dan memori digunakan dalam hubungan dengan perubahan budaya; dan sejauh mana perannya dapat diganti. Garibaldi dan Turner (2004) telah mengidentifikasi 4 kontribusi utama spesies kunci budaya dalam konservasi dan restorasi yaitu:
a. Konsep spesies kunci budaya menyediakan kesempatan untuk mulai meningkatkan studi mengenai hubungan antara komunitas lokal dan lingkungan. Identifikasi dan apresiasi terhadap hubungan antara spesies kunci budaya dan habitatnya dapat memberikan kontribusi bernilai karena mampu menunjukkan adanya suatu asosiasi dinamis antara budaya dan organisme yang dipercaya oleh masyarakat lokal yang mendiami lokasi tersebut.
b. Identifikasi dan analisis spesies kunci budaya dapat menjadi langkah awal yang efektif untuk analisis lebih jauh mengenai perubahan lingkungan dan kedinamisan komunitas dalam menghadapi perubahan. Pengetahuan mengenai habitat dan manajemen suatu spesies di masa lampau dapat menjadi dasar dalam kegiatan restorasi misalnya reintroduksi spesies.
c. Konsep spesies kunci budaya dapat memberi pemahaman yang lebih baik mengenai interaksi antara spesies kunci dan spesies lain. Spesies kunci budaya memainkan lebih dari satu peranan dan peran inis eringkali didukung oleh spesies lain yang bukan spesies kunci. Hubungan ini penting untuk memahami peran spesies kunci budaya dalam restorasi.
d. Spesies kunci budaya memberikan gambaran akan pentingnya peran masyarakat dalam menentukan kelestarian spesies. Masyarakat memiliki pengaruh langsung terhadap spesies kunci budaya dan habitat spesies tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu kerjasama yang baik antara peneliti dan anggota masyarakat dalam meningkatkan usaha konservasi.


Pentingnya spesies kunci budaya dalam hubungannya dengan masyarakat dan lingkungannya dapat dilihat dalam contoh yang diberikan oleh Garibaldi dan Turner (2004) yaitu pohon cedar atau western-cedar (Thuja plicata) yang diidentifikasi sebagai keystone bagi penduduk lokal (first people) di British Columbia. Pohon cedar dianggap sangat bernilai. Spesies ini juga digunakan dan dihormati dalam berbagai ritual masyarakat. Meskipun banyak terjadi perubahan dalam kehidupan masyarakat, saat ini penduduk lokal British Columbia tetap mempertahankan pohon cedar sebagai bagian dari kehidupan mereka. Selain itu berdasarkan penelitian Pletten dan Henfrey (2009) mengenai spesies kunci budaya, bahwa Manihot esculenta (singkong/ bitter-cassava) di sepanjang daratan Amerika Selatan berperan penting dalam kebudayaan dan keseharian aktivitas masyarakat Wapishana, Guyana. Begitu juga dengan masyarakat Desa Rurukan, Minahasa, Sulawesi Utara, yang kini sangat bergantung pada hasil panen budidaya Daucus carota (wortel). Sehingga wortel memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat Desa Rurukan.

 

Referensi Pustaka sengaja tidak dituliskan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!