Cerita di Sekitar Kita,  Cerita Langit,  jepratjepret

Etnoastronomi Gerhana Bulan dan Masyarakat Sunda

Etnoastronomi adalah pengetahuan lokal tentang pengetahuan terhadap benda-benda langit. Khazanah pengetahuan tentang gerhana bulan oleh masyarakat sunda menjadi sebuah cerita yang menarik dan patut didokumentasi.

Gerhana Bulan

Permukaan bulan tidaklah rata. Datangnya sinar matahari ke bulan, menjadikan sinar tersebut terpantulkan sehingga bulan memiliki cahayanya. Gerhana bulan adalah peristiwa dimana matahari, bumi, dan bulan, terletak pada satu garis lurus dimana bumi menghalangi sinar matahari ke bulan. Sehingga saat gerhana bulan terjadi, sinar matahari tidak sampai ke bulan. Bulan yang tadinya terang menjadi redup sekaan dimakan oleh bayangan hitam. Meskipun begitu, atmosfer bumi masih membiaskan cahaya merah dari matahari, sehingga kita sebagai pengamat di bumi, akan melihat bulan saat gerhana bulan menjadi warna merah.

Gerhana Bulan dan Masyarakat Sunda

Pengetahuan dahulu tentu belum sampai pada ilmu sains astronomi gerhana bulan. Masyarakat Indonesia di berbagai daerah, memaknai gerhana bulan dengan cerita turun temurun. Begitu juga dengan cerita yang ada di masyarakat sunda. Sebetulnya sejak dulu, profesi masyarakat sunda adalah petani padi. Dalam bahasa sunda padi adalah pare. Jenis padi di sawah atau padi ladang (pare huma) ternyata memiliki keterlibatan khusus terutama saat peristiwa astronomi gerhana bulan.

sumber gambar: lesung padi

SAMAGAHA adalah istilah gerhana bulan yang disebut oleh narasumber tokoh adat di kampung kami. Arti samagaha adalah sama-sama rindu. Dalam hal ini diceritakan bahwa matahari dan bulan sedang menikah. Jika dibiarkan bulan terus menjadi merah. Sehingga masyarakat harus memperingatkan bulan dan matahari dengan cara memberikan suara-suara yang keras. Masyarakat pun menggunakan lesung (alat tradisional tumbuk padi) sebagai media suara dengan cara seakan-akan menumbuk padi dengan alat lesung tersebut. Dengan cara tersebut diharapkan suara tumbukan dari masyarakat sampai ke langit. Sehingga matahari dan bulan pun berpisah serta cahaya bulan kembali terang. Tradisi ini disebut sebagai tutung wulan. Sampai saat ini, saat peristiwa gerhana bulan terjadi, masyarakat masih mempercayai adanya keharusan bagi ibu hamil untuk mandi sembari membasuh perutnya dengan air doa (air yang telah didoakan oleh tokoh adat di daerah tersebut). Dalam hal ini diyakini agar anak yang ada didalam kandungan tidak mendapatkan ciri gerhana dengan adanya tanda coklat kehitaman di tubuhnya.

Tradisi ini sudah menjadi turun-temurun dilakukan oleh masyarakat sunda. Meskipun, tiap daerah memiliki sebutan dan pemaknaan yang berbeda-beda. Namun kegiatan memukul-mukul lesung sama adanya. Kini, sawah, khususnya di Kampung Areng tidak lagi djiumpai. Adanya kebutuhan ekonomi keluarga yang mengikuti perubahan fungsi lokasi (Kampung Areng, Lembang lokasi wisata), profesi warga pun bergeser. Lahan sawah berubah menjadi kebun sayur dan rumput pakan untuk kebutuhan sapi perah.

Prosesi Gerhana Bulan

Dalam astronomi prosesi atau tahapan terjadi gerhana bulan total adalah dimulai dari gerhana bulan penumbra, gerhana bulan sebagian, puncak gerhana, gerhana sebagian berakhir, dan peristiwa gerhana berakhir.

sumber: idschool

Masyarakat sunda pun memiliki sebutan sendiri pada tahapan terjadinya gerhana bulan. Berikut adalah foto yang didokumentasikan oleh suami saya menggunakan kamera smartphone. Lokasi di Kampung Areng Wangunsari Lembang.

 

Bulan Purnama yaitu bulan yang masih bulat terang berwarna kuning keemasan. Samagaha Sapotong Bereum (gerhana bulan sebagian merah) yaitu sudah terjadi gerhana bulan sebagaian. Samagaha Nyingray Bentang (gerhana bulan menyingkap bintang) yaitu saat terjadi gerhana bulan total, bintang yang tadinya tidak nampak menjadi tampak.

Gerhana bulan memang sangat umum terjadi. Meskipun kini peristiwa gerhana bulan dapat dijelaskan secara sains, tradisi masyarakat dalam menyikapi adanya peristiwa astronomis ini tentu tetap patut untuk didokumentasikan. Khazanah pengetahuan masyarakat dahulu menjadi bagian dari informasi bagi kita terutama para peneliti dalam menyingkap pengetahuan sosial culture tradisi masyarakat di Indonesia.

 

Sumber Informasi Tentang Samagaha:

Wawancara kepada tokoh-tokoh adat Kampung Areng, Desa Wangunsari, Lembang Bandung Barat

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!