Cerita di Sekitar Kita,  Cerita Makhluk Hidup,  Cerita Menanam

Lerak Sabun Cuci Multi Guna Serba Ramah

Pernah mendengar sabun lerak? rarak? klerak? atau soapnut? Sabun cuci ini ternyata multi guna nan serba ramah. Tidak hanya ramah bagi lingkungan, naum juga ramah bagi serat kain pun kulit tangan.

Apakah itu Sabun Lerak?

Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Sub Divisio : Angiospermae
Kelas : Eudikotiledon
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Sub Famili : Sapindoideae
Genus : Sapindus
Spesies : Sapindus rarak DC
Sinonim : Sapindus delavayi (China, India); Sapindus detergens (syn. var. Soapnut, Ritha); Sapindus emarginatus Vahl (Southern Asia); Sapindus laurifolius Vahl – Ritha (India); Sapindus tomentosus (China)

Sabun lerak merupakan hasil olahan dari buah tanaman lerak (Sapindus rarak DC). Kandungan kimiawi tanaman lerak antara lain sebagai berikut : daging buah mengandung triterpen, alkaloid, steroid, antrakinon, tanin, fenol, flavonoid, dan minyak atsiri. Selain itu kulit buah, biji, kulit batang dan daun lerak mengandung saponin dan flavonoid, sedangkan kulit buah juga mengandung alkaloida dan polifenol. Senyawa aktif yang telah diketahui dari buah lerak adalah senyawa–senyawa dari golongan saponin dan sesquiterpen. Saponin temasuk glikosida yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan sakarida (bersifat hidrofilik) dan sapogenin (bersifat lipofilik). Sapogenin terdiri dari dua golongan yaitu saponin steroid dan saponin triterpenoid. Adanya kandungan yang bersifat hidrofilik dan lipofilik menyebabkan sabun lerak bersifat surfaktan. Saponin ini bekerja sebagai surfaktan, yang membuat air cucian ’’lebih basah’’. Akibatnya, saponin mudah masuk ke dalam serat-serat kain yang dicuci, mengikat kotoran yang melekat, dan melepas kotoran tadi dari kain cucian.

Bagaimana dengan Sabun Detergen Pada Umumnya?

Pada mulanya, bahan deterjen hanya terbuat dari air, minyak dan bahan kasar seperti pasir basah. Pada tahun 1913, deterjen mulai menggunakan bahan sintetis, hal ini dipelopori oleh A Reychler, seorang ahli kimia dari Belgia. Bahan pembentuk deterjen antara lain:

  1. Surfaktan – surface active agent, merupakan zat aktif permukaan yang mempunyai kemampuan berbeda yaitu hidrofilik (suka air) dan hidrofob/lipofilik (suka lemak). Bahan aktif ini berfungsi menurunkan tegangan permukaan air sehingga memudahkan proses pelepasan kotoran yang menempel pada permukaan bahan / material. Secara garis besar, terdapat empat kategori surfaktan yang digunakan, yaitu:
    • Anionik (Alkyl Benzene Sulfonate –ABS dan Linier Alkyl Benzene Sulfonate – LAS)
    • Kationik (Garam Ammonium)
    • Non ionic (Nonyl phenol polyethoxyle)
    • Amphoterik (Acyl Ethylenediamines)
  2. Builder – pembentuk, berfungsi meningkatkan efisiensi proses pencuci dari surfaktan dengan cara menon-aktifkan mineral penyebab kesadahan air. Secara garis besar, terdapat empat kategori builder yang digunakan, yaitu:
    • Phosphates (Sodium Tri Poly Phosphate – STPP)
    • Acetates (Nitril Tri Acetate – NTA dan Ethylene Diamine Tetra Acetate – EDTA)
    • Silicates (Zeolith)
    • Citrates (Citrate acid)
  3. Filler – pengisi, merupakan bahan tambahan yang berfungsi meningkatkan kuantitas dari bahan-bahan lainnya (tidak mempunyai kemampuan meningkatkan daya cuci). Bahan yang digunakan biasanya:
    • Sodium sulfate
  4. Aditif – suplemen / tambahan, digunakan untuk membuat deterjen lebih menarik, misalnya pewangi, pelarut, pemutih dan pewarna. Biasanya bahan yang ditambahkan adalah:
    • Enzyme
    • Borax
    • Sodium chloride
    • Carboxy Methyl Cellulose – CMC

Dalam satu sachet detergen terkandung banyak bahan pembentuk senyawa kimia sintesis. Beberapa senyawa yang berasal dari turunan minyak bumi tentu tidaklah sustainable karna sumber dayanya tidak dapat diperbaharui sehingga suatu saat nanti pasti akan habis. Selain itu, bahan pembentuk lainnya dapat memeberikan dampak bagi lingkungan, terutama jika melalui pembuangan air yang kemudian mengalir ke suangai.kita bisa bayangkan jika setiap rumah membuang limbah 1 bungkus deterjen setiap harinya dikali dengan jumlah penduduk warga disekitar sungai Ciliwung misalnya, maka sudah berapa banyak biota laut yang terancam akibat kandungan detergen. Beberapa dampak negatif, diantaranya antara lain:

  1. Bahan surfaktan (ABS) sulit terurai di alam, sehingga dapat menimbulkan masalah keracunan pada biota air. Selain itu bahan ini juga merusak organ pernafasan (insang) pada ikan.
  2. Busa deterjen yang dibuang ke kali / sungai menyebabkan kontak air dan udara menjadi terbatas sehingga menurunkan proses pelarutan oksigen kedalam air. Hal ini menyebabkan organisme didalam air kekurangan oksigen, hingga bisa menimbulkan kematian.
  3. Bahan builder (STPP) dalam jumlah yang terlalu banyak dapat menyebabkan pengkayaan unsur hara (eutrofikasi) yang berlebihan pada air, sehingga air kekurangan oksigen akibat pertumbuhan dan perkembangan algae (phytoplankton) yang cepat. Algea juga merupakan makanan bakteri. Sehingga perkembangannya memicu populasi bakteri yang berlebihan. Hal ini mengakibatkan kebutuhan akan oksigen meningkat dan pada akhirnya membahayakan kehidupan mahluk hidup didalam air.
  4. Bahan surfaktan (ABS) dapat menyebabkan biota sungai dan laut mengalami mutasi gen

Antara detergen pada umumnya dan sabun lerak, mau pilih yang mana?

Sejak dulu kala, sabun lerak sudah terlibat dalam keseharian masyarakat Indonesia. Selain sebagai sabun cuci baju, sabun lerak digunakan sebagai cuci rambut atau keramas. Seiring berjalannya waktu, sabun lerak tergantikan posisinya dengan sabun kimia sintesis yang tentu harga produksinya lebih murah dan diiringi dengan slogan iklan yang menggiurkan. Meski begitu, tentu sabun detergen ini sudah dapat terlihat dampak negatifnya bagi kita terutama perairan. Dari banyaknya buih busa yang mermabah di perairan, sebabkan eutrofikasi terutama pada perairan tergenang, hingga ikan-ikan tawar yang kian jarang dijumpai. Bagi pengguna kain batik, tentu sudah paham bahwa dalam perawatannya harus menggunakan sabun cuci yang tidak banyak meninggalkan residu kimia pada serat kain, sehingga sabun lerak menjadi alternatif terbaik daripada penggunaan sabun detergen umum. Hal ini serupa dengan penggunaan poda popok kain / clodi (cloth diaper) yang diklaim dapat menjaga kualitas daya serap. Bahkan, museum di Indonesia pun masih menggunakan sabun lerak sebagai perawatan benda-benda logam bersejarah.

Selain itu, sabun lerak sebagai foaming agent pasta gigi, menjadi alternatif terbaik ketimbang menggunakan SLS dalam pasta gigi. Buah lerak yang mengandung saponin – Saponin  ini dapat dilihat dari cirinya yaitu buih/busa, begitu juga dengan SLS bahan pembentuk yang biasanya terkandung pada sabun mandi, pasta gigi, juga detergen. SLS tidak hanya mengiritasi epidermis tapi juga ditemukan bahwa SLS juga berbahaya bagi mukosa mulut. Banyak orang yang mengalami penyakit mukosa mulut yang sebagian disebabkan oleh SLS. Pada penelitian yang dilakukan mahasiswa kedokteran gigi Universitas Airlangga, lerak dapat dijadikan salah satu alternatif bahan pembentuk foaming agent pada pasta gigi.

Lerak kini makin mudah ditemukan di pasaran. adanya edukasi terkait sabun ramah lingkungan, masyarakat mulai memperhatikan keberadaan lerak. kita pun dapat mengolah buah lerak sendiri dan menjadikan buah lerak sabun multiguna.

Kualitas Kebersihan Antara Lerak dan Detergen Umum

Berikut akan saya tampilkan video review perbandingan hasil cuci noda tinta antara detergent ekstra dengan sabun lerak.

 

Nah, bagaimana? masih ragu menggunakan sabun lerak? paling mudah kita bisa membuatnya di rumah. Jadi selain ramah lingkungan, juga ramah di kantong. kalau ada pertanyaan, silahkan hubungi saya atau komentar di postingan ini ya:)

Semoga bermanfaat, selamat mencoba!

Satu Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!