Sastra dan seisinya

Akulah Mawar Berduri

Bu guru: “Baiklah anak-anak, hari ini ibu guru minta agar kalian membuat gambar yang mencermikan kepribadian kalian masing-masing!bagi yang sudah selesai dipersilakan untuk memprsentasikannya.”
Setelah beberapa menit siswi berjilbab panjang mengacungkan tangannya dan maju kedepan.
Siswi: “Saya menggambar bunga mawar dengan durinya dan berlatar belakang hitam.”
Bu guru: “Coba kamu jelaskan!”
Siswi: ”Mawar adalah saya. Dan mawar yang sempurna adalah yang berduri.”
Bu guru: “bukankah duri akan menyakiti orang?”
Siswi: “banyak orang mengatakan, keindahan mawar tercoreng karena durinya. Padahal dengan duri tidak semua orang bisa menyentuh atau memetiknya. Duri adalah fitrah saya sebagai seorang wanita yang tidak bisa disentuh kecuali muhrim saya! Karena orang yang sembarangan menyentuhnya akan terkena duri-duri yang tajam.”
Bu guru: “lalu kenapa backgroundnya harus hitam?”
Siswi: “bunga tersebut tumbuh di tepi jurang.”
Bu guru: “kenapa?”
Siswi: “saya tidak mau menjadi bunga yang tumbuh di taman. Meski memiliki duri, namun semua orang bisa melihatnya bahkan memetiknya. Berbeda dengan bunga yang tumbuh di tepi jurang, tidak setiap orang mampu memetiknya. Orang yang memetik bunga harus melakukan penggorbanan yang luar biasa. Orang yang kelak memetik saya, atau kelak menjadi suami saya, pasilah bukan orang sembarangan. Tetapi, orang yang mampu mengorbankan nyawanya untuk saya.”
mawar
Gemuruh tepuk tangan pun memenuhi ruang kelas tersebut. Semuanya tercengang atas apa yang telah ia terangkan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!