Aku Papua
“Tanah papua tanah yang kaya. surga kecil jatuh ke bumi. seluas tanah sebanyak madu adalah harta harapan. hitam kulit rambut keriting aku papua. hitam kulit rambut keriting aku papua. biar nanti langit terbelah aku papua.”
lyric by: Endo Kondologit
sudah beberapa minggu ini aku berada di tanah ini. tanah papua. kebanyakan orang akan bilang bahwa aku sedang berlibur atau hanya sekedar merayakan lebaran fitri disini. sekarang akan kuberitahu padamu sesuatu. yah jujur saja, aku senang bisa kembali kesini. ke tanah ini. dimana aku dapat melihat sisi paling indah di negara ini. orang-orang papua. dan kuucapkan pujian untukMu. rasa syukurku.
kamu pasti sudah mengenal mereka. kulit hitam, rambut keriting, dan bahasanya yang sangat khas. ya aku yakin kamu pasti merasa sedikit enggan kalau belum terbiasa melihat mereka. aku akui, mereka memang keras. mudah marah. paling sering berkata,”sabar sabar” atau “sebentar sebentar”. padahal tidak ada yang memintanya untuk buru-buru. dan ‘sebentar’ nya itu bermakna ‘hari’.
dimana-mana memang selalu ada tanda salib. yah sama saja dengan bali yang selalu ada sajen. disinilah kamu juga akan belajar memiliki toleransi yang tinggi. ikut memasakkan makanan lebaran. ikut ramai memeriahkan takbiran.
kamu pikir ‘koteka’ adalah bahan untuk guyonan yang kamu pikir itu lucu?
terserah apa katamu. disini aku memang tinggal di kota jayapura. dan tempat ini memang sudah pantas disebut kota. sekolah, universitas, masjid. tapi jangan kamu sangka bahwa universitasnya dengan gedung-gedung yang mewah. atau sekolah-sekolah yang anak-anaknya sudah ‘gaya’ dengan hapenya yang dibawa kemana-mana. masjidnya? memang betul kotak infaq selalu terisi penuh. bahkan yang dihasilkan pun hampir ratusan juta. tapi, kupikir masjid itu tak kunjung selesai walau sudah bisa digunakan.
lalu adalah yang salah?
disini serba mahal. kamu pernah mendengarnya bukan? majalah yang katanya di luar pulau jawa Rp 8500,- ternyata disini pembeli harus mengeluarkan uang Rp 20.000,-. atau cabai saja Rp 145000,-/kg. lima ekor ikan kembung Rp 100000,-. beras 5 kg seharga Rp 70000,- . dan masih banyak lagi yang kupikir kamu pantas protes atas semua kemahalan ini. apalagi untuk kamu yang terbiasa dengan harga ‘nyaman dan sesuai’ di daerahmu.
ini sekadar salah satu bagian di tanah papua. masih di kota jayapura. kamu pernah mendengar daerah wamena bukan? atau daerah-daerah lainnya? ahh harga sudah menjadi kali kali lipat. tak dapat kamu bayangkan lagi.
semua serba mahal. kemana-mana sulit. pernahkah berpikir,”pantas saja mereka ingin merdeka! membebaskan diri dari ragam kesulitan.” yah semoga saja tidak terjadi. itu hanya sabagian dari mereka yang sudah tidak tahan. karena pada kenyataannya banyak dari mereka yang bangga sebagai warga negara indonesia.
inilah tanah papua. saat kamu mengeluh tapi mereka tetap bangga dengan tanah mereka. semua anak kecil disini ketika ditanya,”kamu mau jadi apa?” mereka akan menjawab,”polisi!” atau “tentara!”. jawaban dengan bangganya. hanya satu yang terlintas di kepalaku. betapa besarnya cita-cita mereka. sebuah pengabdian untuk negara.
kamu tahu kan betapa sulitnya pekerjaan seorang polisi atau tentara? bahkan disini saja taruhannya lebih berat. peperangan dengan kaum OPM atau KSB masih saja terjadi. dan mereka rela terenggut nyawanya.
Bagaimana dengan makanan pokok? ya cukup ubi atau sagu. sudahlah tak usah kamu paksakan untuk memakan nasi. lagipula ini untuk diversifikasi pangan juga bukan? bukankah padi adalah satu penyumbang terbesar dalam pelubangan ozon?
hampir terdapat 200 suku disini dan tentunya dengan bahasa yang berbeda pula. bahasa paling sulit berasal dari suku wamena. sedangkan bahasa paling mudah berasal dari suku serui.
“an walo hat”
“saya kangen kamu”
ah aku ingin sekali berbalas kasih dan sayang kepada mereka. toh mereka adalah ‘sebagian dari kita’. ini bangsaku. dan orang-orang di tanah papua ini memberikanku banyak pelajaran.
ini hari terakhirku. semoga aku dapat kembali lagi kesini menjadi yang lebih berguna untuk mereka yang masih membutuhkan pendidikan. atau mungkin hal lainnya. ya doakan saja!
selamat jalan…
Jayapura, 1 Juli 2014
08.32 wit