Cerita di Sekitar Kita,  Cerita Makhluk Hidup,  Cerita Menanam

Kearifan Lokal Kampung Areng Lembang Bandung Barat

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT JAWA BARAT

Kearifan lokal yang tumbuh dalam interaksi manusia dengan manusia, atau manusia dengan lingkungan dan sebaliknya, pada hakekatnya adalah demi mencari solusi konstruktif jangka Panjang. Bumi tidak akan melupakan keramahan bila kita tidak lupa untuk mengembangkan kearifan leluhur saat hidup menumpang di dalamnya. Oleh karena itu terdapat beberapa sumber pokok intelektual yang diketahui memiliki andil dalam penelitian seperti studi etnobotani (Waluyo 2011).

Masyarakat Sunda di Jawa Barat mengenal undagan hidup, seperti cageur (sehat), bageur (baik hati, jujur, tidak korupsi), pinter (Pandai), bener (benar) dan singer (terampil). Pada umumnya masyarakat Sunda di masa silam telah dikenal memiliki pengetahuan mendalam tentang penggunaan obat tradisional yang diramu dari berbagai jenis tumbuhan herbal. Pengobatan herbal tersebut biasanya sangat terkait erat dengan kebudayaan masyarakat seperti upacara adat atau sedekah yang bersifat fungsional dan simbolis. Masyarakat Sunda dikenal sangat memperhatikan kesehatan para anggota keluarganya dan biasa menggunakan aneka ragam tumbuhan obat herbal (Iskandar 2012).

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT KAMPUNG ARENG

Kampung Areng terletak di Desa Wangunsari Lembang, Bandung Barat. Kata “Areng” atau “Arang” berasal dari histori kampung itu sendiri. Sejak dulu atau sekitar sebelum tahun 1970-an, masyarakat Kampung Areng memiliki penghasilan dari penjualan arang. Banyaknya pohon di kampung tersebut, menjadikan Kampung Areng sebagai salah satu pusat produksi arang terbesar di saat itu. Kini lahan di Kampung Areng beralih fungsi menjadi kebun tanaman annual.

Kampung Areng mencakup empat RW yaitu RW 07, RW 08, RW 09, RW 10, RW 11, dan RW 12. Jumlah total penduduk Kampung Areng Lembang adalah 3.397 jiwa. Sebagian besar profesi masyarakat Kampung Areng adalah petani kebun. Hal ini didukung dengan banyaknya lahan pertanian di kampung tersebut.

Untuk memenuhi pelayanan kesehatan, kampung ini memiliki posyandu dan klinik. Sedangkan puskesmas tersedia di Kecamatan Lembang yang jaraknya cukup jauh. Karena sarana kesehatan yang relatif jauh maka masyarakat masih menggunakan pengobatan tradisional terutama menggunakan tumbuhan obat. Pengetahuan tumbuhan obat ini didapatkan masyarakat dari orang tuanya secara turun-temurun. Selain itu desa ini terdapat pula orang yang biasa mengobati dengan tumbuhan obat (orang sakti) dan paraji yang cenderung memiliki pengetahuan tumbuhan obat lebih banyak.

Menurut masyarakat Kampung Areng, sakit berarti sesuatu yang dirasakan karena adanya penyebab pikiran, lelah/capek, dan juga telat makan. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 27 jenis penyakit yang biasa diderita oleh masyarakat kampung Areng Lembang. Jenis penyakit tersebut dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu penyakit berat dengan 9 jenis penyakit dan penyakit ringan dengan 18 jenis penyakit. Berbagai jenis penyakit tersebut dapat diobati dengan pengobatan tradisional menggunakan tumbuhan obat.

Dari semua jenis penyakit yang ada, batuk dan diare merupakan penyakit yang paling sering diderita oleh masyarakat kampung areng. Menurut masyarakat, dideritanya kedua jenis penyakit tersebut disebabkan oleh pergantian musim dari musim kemarau menuju musim hujan. Selan itu, penyakit yang sering dialami juga adalah darah tinggi dan asam urat. Menurut masyarakat, darah tinggi disebabkan karena kebiasaan masyarakat yang sering mengkonsumsi daun singkong sedangkan asam urat disebabkan karena kebiasaan masyarakat mengkonsumsi sayur-sayuran. Hal ini disampaikan oleh Wijayakusuma (2011) bahwa penderita asam urat harus mengurangi konsumsi sayur-sayuran yang mengandung zat purin tinggi seperti bayam, kangkung, daun singkong, asparagus, buncis, kembang kol, daun jambu mete, nanas, durian, alpukat dan air kelapa. Adapun daun singkong dapat memicu hipertensi.

Beberapa masyarakat kampung areng pernah mengalami jenis-jenis penyakit yang kurang wajar seperti keluarnya jarum karatan dari dalam perut, kaca beling dari kaki, dan juga lahiran bayi yang tidak normal. Menurut masyarakat ketidakwajaran penyakit yang diderita disebabkan datangnya sial pada diri penderita sehingga perlu adanya pembuangan sial atau pengalihan sial ke orang lain sedangkan lahiran bayi yang tidak normal disebabkan oleh profesi orang tuanya seperti bayi yang lahir dengan kepala belakang seperti wayang (tampak sanggul) terjadi karena profesi bapak yaitu tukang wayang; lahirnya bayi tanpa jari karena profesi bapak yaitu mengupas bengkoang; lahirnya bayi tanpa telinga karena profesi bapak menjahit baju yang bolong; lahirnya bayi tanpa langit-langit di mulutnya karena profesi bapak sebagai pecetak batu bata; satau juga kesalahan yang silakukan suami saat istri sedang hamil seperti lahirnya bayi tanpa bibir dikarenakan saat istri sedang hamil, suami pernah ngebobol air tetangga secara diam-diam. Oleh karena itu, agar tidak terjadi hal-hal buruk yang menimpanya, ibu-ibu hamil masyarakat kampung areng sering membaca doa sebagai berikut:

“amit-amit jabang bayi ya gusti, entong seturut-turutnya kaya kitu”

Orang ahli di kampung areng dikenal memiliki kekuatan sakti. Kekuatan tersebut diyakini hasil dari betapa dengan waktu yang cukup lama. Diakhir betapanya, orang tersebut akan mendapatkan batu akik/keris dan akan hilang bersamaan dengan meninggalnya orang tersebut. Banyak ditemukan kasus penyakit yang tidak wajar dialami oleh manusia sehingga hanya orang-orang saktilah yang mampu menyembuhkan penyakit. Walaupun begitu, orang-orang sakti dikenal pula dengan ibadahnya yang bagus. Masyarakat percaya bahwa dengan minum air yang sudah diberi doa oleh orang sakti maka penyakit akan pergi.

Sekitar sepuluh tahun yang lalu, salah satu anak Emak Sukaenah, salah satu informan, pernah mengalami sakit yang tidak ditemukan jenis penyakitnya. Indikasinya yaitu sering kejang-kejang, muntah, demam, dan juga sering pingsan. Hingga pada hari jumat pasien dibawa ke orang sakti dan dilakukan pengobatan dengan mengoleskan daun sereuh segar di perut pasien dan dibacakan doa al-fatihah. Jarum karat keluar dari perut pasien dan daun sereuh menjadi kering. Adapun orang sakti tersebut memberikan nasihat yang hingga saat ini dipegang oleh masyarakat Kampung Areng:

“Dekengeng kulem sonten-sonten. Jangan ngerumpi di maghrib. Upami dilakukan tiasa nimbulkeun panyawat.”

Artinya: jangan tidur sore-sore. Jangan ngerumpi di waktu maghrib. Jika dilakukan bisa menimbulkan penyakit.

TANAMAN OBAT KAMPUNG ARENG

*akan dituliskan terlampir

Referensi:

Wijayakusuma H. 2011. Makanan Sehat untuk asam urat. www.itokindo.com.  diakses 27 Oktober 2015

*Penelitian ini pernah dipublikasikan di SEMINAR NASIONAL MASYARAKAT BIODIVERSITAS INDONESIA. Padang 23 April 2016

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!