surat yang belum tersampaikan
malam semakin senyap. diam diam dan diam. angin pun berhembus menembus tulang rusukku. bukan dingin yang kurasakan. bukan senyap yang kurasakan. itu hanya perasaan malam saja. sakit yang kurasakan. bahkan hingga celah tersempit pun dilewatinya.
membebaskan rembulan. cerita yang selama ini aku tulis bukan tentangku ataupun tentangnya. tokoh-tokoh itu mungkin hanya gertakan hati saja. sedangkan aku pun tak tahu siapa dia. mungkin dia yang sekarang ini sedang berusaha menjadikan dirinya lebih baik dan lebih baik lagi. begitu juga dengan tokoh “aku” yang saat ini sering kusebut.
membebaskan rembulan. bukan berharap untuk bisa melepaskannya. bukan berharap untuk bisa menjauhinya. dia yang tidak aku ketahui.
membebaskan rembulan. aku ingin menjadi seorang fatimah az-zahra. memendam sang rembulan dengan rapat. tak ada yang tahu. hanya pemilik ruh lah yang tahu. benar-benar terkunci dan terjaga. kisah romantis yang begitu menggoda. membuatku tergila-gila. aku pun terkecoh dan terlena. berada dalam alunan cinta yang suci. kisah fatimah dan ali bin abi tholib.
membebaskan rembulan. bagaimana dengan kisahku? kisah yang belum berujung. surat-surat ini tak tersampaikan. tidak, mungkin belum saatnya. aku tak tahu. seberapa mampu kisah ini tersampaikan seperti kisah fatimah? entahlah. aku takut. aku tak mampu menghadap cermin. aku takut terkuak. aku ingin bersembunyi. dibalik debu hitam. aku merasa tak pantas. bukan tak pantas di hadapannya. karena sekali lagi aku tak pernah tahu siapa dia. pantaskah aku dihadapanNya? dihadapan sang pemilik ruh? sang penebar cinta dan kasih sayang? pantaskah kisah ini tersampaikan dengan balutan kapas putih? aku tak tahu. aku tak akan mencari jawabannya. aku ingin perbaiki diriku. ya aku yakin DIAlah sang pemilik rencana indah.
Sumedang 08.21 (UT+7)
aku dan rumah pohon
di kareumbi, Sumedang