Cerita Jumat Sore
Hujan sore ini, bertepatan dengan hari jumat, membuatku berdoa lebih kencang tentang impian yang ingin kulakukan di usia 30 tahunku. Ternyata keputusanku untuk sekolah lagi di pascasarjana mebuatku lebih kritis dalam melihat peluang. Semacam menemukan getaran yang mendebarkan saat menerima “sesuatu yang baru” dan semakin menyenangkan lagi saat aku yakin atas apa yang ingin kulakukan bersama keluarga kecilku.
Dari sekian banyak materi yang disampaikan, ada satu perkuliahan yang membuatku gamau skip setiap kata sedetik pun yang terucap dari pak dosen mata kuliah Good Agriculture Practice-Pertanian Terpadu. Mata kuliah ini bisa temen-temen temui di pascasarjana program studi Biomanajemen ITB. Dari sini banyak sekali insight tentang praktisi pegiat tanaman khususnya pertanian, bahkan ga cuman itu, sejarah tentang budaya pertanian, pemanfaatan air dan tanah, juga disampaikan di perkuliahan ini. Rekomendasi terbaik terkait keberlanjutan sistem pertanian adalah Integrated Farming atau Pertanian Terpadu. Sistem ini memadukan antara jenis tanaman pertanian dengan hewan peternakan. Integrasi yang terjadi diharapkannya dapat menghasilkan produksi dari tanaman pertanian dan juga produksi dari hewan ternak. Misalkan, menanam tanaman legum, terong, cabai. Kemudian disediakan juga pakan rumput ternak. Tanaman legum, buahnya bisa dipanen untuk dijual, daunnya bisa untuk pakan kelinci, atau kemudian terong dan cabai ditanam polikultur. Adopsi polikultur bisa didesain menarik seperti sistem permakultur.
ada banyak cerita menarik dari sistem pertanian terpadu. Bahan yang digunakan pun tentunya saling membutuhkan antara satu peran dengan peran yag lain. Kotoran kelinci dikumpulkan dapat dijadikan pupuk untuk tanaman, rumput liar dipangkas untuk pakan kelinci. Kotoran kambing/sapi yang dibebaskan jadi tersebar di lahan rumbut. Datangnya lalat menyimpan belatung di kotoran dpat dikendalikan dengan ayam yang dilepaskan di lahan tersebut dehingga berburu larva lalat. Begitu seterusnya. Hewan ternak pun termasuk pula ikan. Sehingga organic farm akan didapat dari pertanian dan peternakan sehat serta tentunya berkelanjutan.
Bebasnya hewan ternak, juga nutrisi organik yang didapat pada tanaman pertanian, pun intensitas cahaya matahari dan air yang cukup, menjadikan hewan dan tanaman jauh dari stress. Organisme yang bahagia inilah, didalamnya terkandung kaya mineral, kaya nutrisi, dan rasa yang lebih lezat. Waktu itu awalnya tidak yakin dengan inderaku sendiri. Sampai suatu hari saat masak sayur dengan wortel beli di warung, entah kenapa kurang berselera makannya, sperti ada rasa hambar atau rasa yang gabiasanya kutemui. Ini ternyata menjadi maklum karna selama ini, memasak sayur dengan wortel hasil panen di rumah. Masih belum percaya akhirnya mencoba beli wortel di kebun organik milik teman. Ternyata rasanya sama persis dengan rasa wortel hasil panen di rumah. Wah nikmat sekali perbedaan yang ditemui ini. Tanaman yang tidak stress memberi rasa yang kaya, pun begitu mengapa digencarkan susu dan daging yang mahal bersumber dari sapi ternak yang dibebaskan di ladang juga diberi pemandangan yang indah.
Semoga rasa senang ini, bisa kuiistiqomahkan dirumah, dan semakin berlanjut lebih luas hingga banyak orang yang dapat merasakan kebahagiaan panen dari tanaman pertanian dan hewan ternak kami. Nila produktivitas kami sudah memadai, doakan agar dapat terbentuk communal farming sehingga dapat mewadahi hasil panen pegiat tani organik, integrated farming, permaculture, yang kemudian diteruskan untuk CSA (community support agriculture). Harapannya wadah-wadah ini kelak dapat memberikan bahan makanan yang terbaik.
Aamiin……..
Jumat, 18 feb 2022