• Sastra dan seisinya

    Senja Ungu 

    Seorang pemuda ragu akan dirinya disaat senja ungu datang menghampiri langit gubuknya. Katanya,”Apa Aku sanggup menjadi kaya?” Sedangkan banyak dari manusia yang berbasa-basi dengan kalimat busuknya untuk berupaya menjadi kaya. “Aku khawatir jika Engkau berikan aku kekayaan, aku lupa akan diriku. Bahkan bagaimana jika aku menjauhimu dan melupakanmu? Dan tentu menyakitkan bukan jika hal itu karena memang sengaja kulakukan. Mau kusebut apa diriku? Tak pantas lagi sebagai hamba Tuhan.” Pemuda ini panjatkan bersama senja ungu dan serpihan gubuknya.  “Sejenak, biarkan senja ungu ini saja yang menghiasi langit gubukku.” Lembang, 13 Maret 2017 20.14 wib

  • Sastra dan seisinya

    Fajar dan Senja (2)

    Sudah hari ke duapuluh satu sejak pertama kali orang-orang beramai menyambut kedatangannya. Mempersiapkan diri di waktu fajar. Melepaskan dahaga di waktu senja. Fajar. Hari ini ia biarkan semburat putih langit menjadi merah kekuningan. Langit sungguh menawan. Di ujung lautan lepas pada akhirnya mentari datang. Burung memunculkan dirinya. Bersiap untuk menyambut sang mentari. Semua bertepuk tangan. Fajar pun pergi menunggu kehadiran senja. Senja. Sejenak terhenti. Hari ini ia biarkan langit biru menjadi merah, kuning, ungu, ah apapun itu kupikir akan selalu merona. Ia biarkan ragam kegelisahan pergi. Begitu pula senja yang akan pergi setelahnya, menunggu kehadiran fajar. Maaf pada akhirnya aku telah membuatmu menunggu. (atau) Terimakasih pada akhirnya kita sama-sama menunggu:…

error: Content is protected !!