Sastra dan seisinya

Fajar dan Senja (2)

Sudah hari ke duapuluh satu sejak pertama kali orang-orang beramai menyambut kedatangannya. Mempersiapkan diri di waktu fajar. Melepaskan dahaga di waktu senja.

Fajar.
Hari ini ia biarkan semburat putih langit menjadi merah kekuningan. Langit sungguh menawan. Di ujung lautan lepas pada akhirnya mentari datang. Burung memunculkan dirinya. Bersiap untuk menyambut sang mentari. Semua bertepuk tangan. Fajar pun pergi menunggu kehadiran senja.

Senja.
Sejenak terhenti. Hari ini ia biarkan langit biru menjadi merah, kuning, ungu, ah apapun itu kupikir akan selalu merona. Ia biarkan ragam kegelisahan pergi. Begitu pula senja yang akan pergi setelahnya, menunggu kehadiran fajar.


Maaf pada akhirnya aku telah membuatmu menunggu.

(atau)

Terimakasih pada akhirnya kita sama-sama menunggu: kamu dan aku.

Akan ada waktu yang baik untuk kita.

Iya aku percaya.
Kamu?

Jayapura, 8 Juli 2015
14.25 wit

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!