Sastra dan seisinya

sunyi gelapku

dalam gelap dan sunyi aku memojokkan diri. kudiam dan termenung. bukan dalam keterpurukan. aku kembali memutar waktu. mengingat sekitar setahun yang lalu ketika aku pertama kali menginjakkan kaki di kota ini.
bandung.
mimpi banyak bukan dengan harapan kosong tapi harapan yang pasti. aku terjatuh saat aku harus melepaskan salah satu universitas yang dari dulu kuimpikan. dimana ayah benar-benar menginginkan tempat itu sebagai ladang belajar bagi anaknya. kupikir karena krmampuanku yang tak sehebat lainnya. atau mungkin keyakinanku yang tak kokoh memegang impian ini. saat itu aku benar-benar jatuh. bukan jatuh yang tak lagi memiliki harapan. aku ragu. kini aku disini. di sebuah universitas dengan pergaulannya yang sulit kupahami. bahkan ketika aku menentukan pilihan disana, aku tak pernah melihat seperti gedungnya atau dimana tempatnya. aku berusaha. aku mencoba. di duniaku yang dulu tak pernah ingin kupahami apalagi memahamiku.
tempat ini sejuk. tempat ini segar. masih sama. aku belum paham dengan realita yang ada. bahkan aku lelah dengan semua retorika uang lantunkan. asing. aku tak mengenal apapun bahkan siapapun. semuanya beda. beda segalanya.
aku mulai beradaptasi dengan apa yang harus aku jalani. ya mau tidak mau. bahkan aku harus membuang air mataku untuk sesuatu yang tak perlu kulakukan. aku sekan mengulang kejadian saat aku berada di asrama dan melepas kesendirian di penjara penuh cerita. tanyakan saja padanya. air mata adalah saksi.
aku mulai bangkit. mengikuti layaknya air yg mengalir. tenang, sangat tenang. walaupun aku sudah mulai mengenal siapa dia, dia dan dia. tapi lagilagi aku masih belum paham. ya aku terlalu kaku.
bersambung…….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!