Sastra dan seisinya

Mastodon

hari-hari di kampus sangat berbeda dibanding hari-hari semasa SMA. pengetahuan yang ada juga semakin berbobot. walaupun begitu, semua tergantung dari mana kamu memandang dan bagaimana cara kamu menanggapinya.
sekarang hari sudah semakin larut. aku duduk diam didepan etalase. kaca berwarna hitam. sama seperti diriku saat ini. seakan-akan semua berubah enjadi hitam. rasanya diri ini akan bergejolak. tatapanku terlalu fokus dengan sesuatu yang tidak pasti. semakin tidak dapat kupahami tapi aku yakin “aku muak dengan semua ini”.
ingin sekali tangan ini meraup semua yang ada di sekitar kemudian dilemparkan ke wajah-wajah mereka-yang katanya wajah suci untuk visi suci. entahlah, aku lelah. capek. ingin sekali tidak memikirkannya. ingin sekali menebasnya layaknya pohon tua, yang katanya kokoh tapi sama saja jika tidak memiliki akar primer. katanya sih begitu.
kamu bilang ini demi kebaikan. kamu bilang ini untuk ketentraman bahkan kedamaian dunia. sebenarnya apa maumu? mempermainkanku? kamu pikir aku bodoh! atau kamu pikir aku boneka yang dengan mudah diperalat. kamu dengan tenang membolak-balikkan cerita bahkan bermain dengan skenario-skenario busukmu.
pernah mendengan mastodon? ya kamu seperti mastodon-mastodon.
Sumedang, 23 Mei 2014

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!