tanggal kelahiran
#story of assalaam 6
kini untuk pertama kalinya aku mendapatkan tanggal kelahiranku di tempat ini. kebanyakan orang menyebutnya ini sebagai hari ulang tahun. ya terserah kamu mau sebut apa. karena mungkin aku yang sudah terbiasa melakukan ‘sesuatu’ di tanggal kelahiranku, kini akan menjadi sepi (?) tempat ini, tak mengijinkanku untuk melakukan berbagai hal yang bersangkutan dengan tanggal kelahiran.
aku tidak pernah membicarakan tanggal kelahiranku didepan teman-teman. tak pernah bercuap-cuap ria mengatakan seberapa penting tanggal kelahiran bagiku kecuali untuk mengingat kisah heroik para ibu yang mempertaruhkan nyawanya kepada seseorang yang justru selalu membuat ibu ‘terbebani’.
siang itu. aku masih ingat bagaimana perlakuan teman-teman sekamarku yang kupikir ingat tanggal kelahiranku. tak penting memang. tapi umurku baru saja 12 tahun saat itu, wajar bukan kalau aku ingin sekali mendapat sesuatu walau itu hanya sebuah ucapan.
selama aku di tempat itu, aku banyak melihat tradisi-tradisi yang dilakukan oleh senior. ya tradisi selalu saja dikaitkan dengan hal-hal yang tidak baik. sama seperti tradisi yang akan kuceritakan kali ini. ya cuci piring. kamu masih ingat bukan tentang cuci mencuci yang pernah aku ceritakan sebelumnya? saat ini, selamat bagi para pemilik tanggal kelahiran karena pada akhirnya kamu, sekali dalam setahun harus mencuci piring2 kotor temanmu, 3 5 10 20 atau bahkan lebih. iya inilah yang akan kualami di tanggal itu. aku memang masih baru di tempat ini. dan akulah orang yang pertama kali berani menerima tradisi ini. hei aku tidak tahu apa-apa. teman-temanku yang akhirnya mencoba dan mengikuti rasa penasarannya.
yah seperti yang kamu ketahui. aku mencuci sekitar 15 piring saat itu. polos dan lugu. aku tak akan tega membiarkan bapak/ibu resto harus mencuci piring sebanyak ini. anggap saja ini hadiah bagiku untuk mengingat betapa besar perjuangan para ibu. dan akupun tersenyum. ternyata teman-teman mengingatnya.
selesai mencuci piring. aku menuju kamarku. ya mau apalagi, teman-temanku sudah menghilang. kupikir mereka sekarang sudah pergi ke taman, kantin, wartel, atau lainnya. ternyata aku salah.
“byurrrrrr!”
dari belakang. tak dapat kuelak. aku basah. basah kuyup. tanpa kata. diam.
karena kita masih semua masih orang baru, adaptasi baru, peraturan baru, ya kita ingin mencoba bagaimana rasanya melanggar aturan walau kuyakin was-was itu pasti ada.
lucunya. aku disiram dengan satu ember penuh di jalanan depan resto. mungkin ini sejarah bagi santri baru yang baru beberpa hari saja sudah berani membuat jalanan basah sampai ke tembok-temboknya. ya memang kita baru beberapa bulan disana. dan aku tak heran jika hampir semua orang menatapku. tanpa sadar, ternyata aksi siram-siraman itu (red:bukan mandi dalam bahasa jawa), dilihat oleh seorang ustdzah. wali kamar. ustadzah sithan.
baiklah kurasa ini jackpot untukku. cuci piring, semua basah, dan tambah lagi sambutan hangat dari beliau.
ya beruntung karena wajah dan tingkah lakuku yang polos dan lugu masih kumiliki. kadang #sok polos dan lugu itu penting. bahkan sampai sekarang pun masih kugunakan hal itu.
cukup berhasil membuat jantung bergedup kencang. iya tak hanya aku tapi juga teman-teman, lainnya. ahh hukuman apa yang akan kita dapat?