Cerita Langit,  Sastra dan seisinya

rembulan di teluk tak berujung

kisah tentang rembulan
saat fajar menjadi yang paling pertama menyapa, aku terlampau sering mengabaikanmu.
padahal matahari sudah siap untuk segala prnyambutan.
bagaimana dengan senja?
saat langit mentransformasikan dirinya menjadi yang berbeda. aku akan memulai permainan ini. oh rembulan, kini dirimu hadir!
andai semua orang yang berpijak di bumi ini tahu. bahwa kita itu lugu. mengutak-ngatik perbedaan. bermain-main dengan kata dan istilah. selebihnya hanya sekadar ‘yang benar adalah aku’.
bagaimana menurutmu?
seberapa besar aku menjangkau langit, rembulan tak akan membiarkanku merengkuhnya. ah dia teramat sulit ditebak. kadang ramah, kadang juga arogan. bersembunyi dibalik balutan kapas putih.
antara hitam dan putih. rembulan tidak selamanya menjadi kuning. dia mampu berubah-rubah. kadang terang benderang, kadang juga berkabut menggambarkan kesenduanmu. begini kata rembulan: tak pernah ada kata ujung bagi teluk.
oh, jadi itu mau kamu?
Jatinangor, 8 November 2014
20.37 (UT+7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!