Sastra dan seisinya

Kisah Waktu

teruntuk jarum jam,

sekalipun banyak yang bilang bahwa kamu ini lambat, tetapi tidak bagiku. begitulah caramu. menghampiri satu-satu begitu lambat tetapi tenang. kamu abaikan semua yang ada dihadapanmu. sekalipun kamu tertinggal tapi dengan yakin bahwa langkahmu tidak akan pernah sia-sia. sehingga pada akhirnya kamu akan datang dan sampai kepada seseorang yang ingin kautuju.

teruntuk jarum menit,

kamu selalu begitu. sekadar berkata bahwa kamu ada diantaranya. tidak cepat-tidak pula terburu-buru. entah aku pun tidak mengerti cara apa yang ingin kamu lakukan. cukup sedang-sedang saja kah? atau……
ya, mungkin begini cara kerja yang telah kamu rancang untuk masa depanmu.

teruntuk jarum detik,

ah! cepat sekali dirimu. dengan sigap kamu kejar apa yang ingin kamu capai. kamu jalan secepat-cepatnya karena kamu tahu, dia mungkin akan lari: dibawa oleh lainnya. sehingga tanpa berpikir panjang, kamu terpaksa untuk terburu-buru. jarum jam, jarum menit di depan maupun di belakang, kamu tebas semua.

Lalu bagaimana dengan kita?
bukan salah waktu jika ia terlalu cepat, bukan pula salahnya jika ia terlalu lamban. lalu apa mau sedang-sedang saja?

sebagian kecil dari kisah waktu yang diam-diam menyaksikan setiap perbuatan kita. tentang waktu yang selalu disalahkan ketika seseorang tidak mampu menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan targetannya. tentang waktu yang selalu disudutkan ketika seseorang sedang dalam penantian. percayalah, bukan hanya aku saja atau kamu saja yang menunggu. tetapi kita, iya aku dan kamu: kita sama-sama menunggu bukan?

Jadi tenang saja dan lakukan yang terbaik.
Satu permintaan: jangan pernah lagi berpikir untuk menyalahkan waktu.

Jatinangor, 19 Maret 2015
11.13 WIB

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!