Cerita BunBun
Apa yang membuat BunBun menjadi istimewa, khususnya untuk saya pribadi?
Saya seorang ibu rumah tangga yang kurang lebih baru 16 bulan menikah dan memiliki 1 anak. 16 bulan yang lalu pula saya lulus dari sebuah universitas jurusan biologi. Yang saya ingat ketika itu, saya belum punya keinginan apa-apa setelah saya lulus. Kerja kantoran tidak mau, sekolah s2 juga belum mau, dan lain-lain banyak hal yang belum saya ketahui apa yang sebenarnya akan saya lakukan. Hanya doa saja yang saya bisa lakukan. Meminta petunjuk agar hidup saya lebih terarah apalagi sudah sekolah di perguruan tinggi, sangat saya sayangkan jika tidak berkarya apa-apa. Hingga akhirnya Alloh menjawab semua pertanyaan dengan satu jawaban. Menikah.
Dan jawaban lengkapnya ternyata saya dapat setelah menikah. Suami menjadi sosok imam yang membimbing bagaimana pentingnya ilmu untuk tetap diamalkan. Sederhana. Terkadang saya banyak inginnya, tapi melihat suami, kesederhanaan lah pribadi yang tepat sebagai hamba Alloh. Saran suami untuk mengambil sekolah lanjutan juga saya pilih, meski saat ini masih dalam tahap menabung. Selain itu, suami sangat bersemangat dan mendukung agar saya tetap mengamalkan ilmu yang saya punya. Semisal ilmu saat di pesantren bisa diajarkan kembali ke anak-anak kampung sini, atau ilmu saat kuliah yang bagaimanapun caranya harus diamalkan. Ingat betul dia menasihati apa kata hadits rasul, bahwa seseorang yang berilmu tapi tak diamalkan layaknya keledai yang membawa buku.
Sejak saat itu, dengan modal tekad dan lillah bismillah mulai membuat karya untuk edukasi tentang menanam dari barang yang telah menjadi limbah atau yang akan menjadi limbah. Dan hadirlah Bunbun. Nama Bumbon (red: Bunbun)yang diambil dari tempat pembenihan yang ada di kampung Areng. Tujuan utamanya memang bukan untuk meraup keuntungan, kalaupun ada itu bonus buat semakin semangat untuk berkarya dan tetap mengamalkan ilmu.
Semoga bermanfaat:)