Menanti Sebuah Kehadiran
Ketika dia hadir, maka kamu akan dihadapi dua pilihan tentang cinta: menguatkanmu atau melemahkanmu.
Hari ini tepat 5 agustus 2017, hari yang seharusnya dirimu hadir menjadi pewarna seisi rumah. Rupa rupi rasa penasaran orang-orang sekitar mulai menyelimuti. “Belum kerasa mules neng?” Begitu kata mereka. Dan aku, yang belum pernah tau bagaimana sensasi melahirkan, tetap tersenyum dan dengan jawaban yang sama,” masih betah di perut ibunya.” Walau sebenarnya ada rasa was-was dalam diriku. Karna aku harus memeriksakan kandungan lebih intensif sebab lewat tanggal hari perkilraan lahiran. Sambil kuelus-elus perutku dan menyapa dirinya,” Nak, kapan mau keluar? Ibu sudah tidak tau kalau periksa usg yang murah dimana lagi. Ketemu Ibu yuk, biar tidak udah mengeluarkan biaya lagi..” aku dan rasa ingin jumpaku seketika merayunya.
6 agustus 2017, minggu malam. Saat itu aku masih asik menemani pengunjung yang sedang menikmati kampanye langit malam. Berbincang panjang bahkan menyempatkan diri menonton serial drama korea.
Tak terasa hingga malam semakin larut. Saat waktu sepertiga malam, tetiba ada tekanan pada perut bagian rahim. Kupikir sakitnya itu hanya karena semalam lupa makan malam. Yah, sakit perut biasa. Namun ternyata sakitnya tak kunjung hilang. Semakin lama semakin terasa nyeri. Saat inilah aku mulai sadar bahwa mungkin beginilah detik-detik menuju melahirkan.
Kuhitung waktu jeda kontraksi, dari satujam sekali, stengah jam sekali, hingga subuh mencapai 5 menit sekali. Tapi aku belum juga flek. Pesan bidan di puskesmas, jika sudah flek baru silakan datang ke puskesmas untuk persiapan melahirkan. Antara sakit dan cemas, aku benar-benar tak mampu menahan rasa sakitnya.
“Oh begini ya yang disebut kontraksi. Dahsyatnya memang ga bisa dibayangin.”