-
tragedi handuk
#story of assalaam 5 sekitar 2000 santri ada disana. tak heran jika banyak sekali barang-barang yang sekiranya bisa saja tertukar atau pun jatuh dan kamu akan bilang bahwa ada yang mengambil barangmu. sulit memang menemukan sebuah kebenaran mengenai ragam tragedi hilangnya barang. hal tersebut membuat kami, aku dan teman-teman lain disana, harus memberi tanda khusus atau kebanyakan menuliskan namanya di barangnya masing-masing. begitu juga denganku. kuberikan tanda jahitan berbentuk Zigzag merah hijau sebagai bukti kepemilikan. kugunakan tanda itu karena kuyakin tak akan ada yang dapat menyangkalnya atau memanipulasinya. hingga pada suatu sore, saat aku akan melaksanakan salah satu kewajibanku yaitu mandi, aku harus kehilangan handukku yang kujemur di tempat alat-alat…
-
cuci mencuci
#story of assalaam 4 entah kenapa dan bagaimana, hari-hari disini seakan lebih dari 24 jam untuk tiap harinya. aku mulai banyak belajar hal baru. salah satunya adalah mencuci. cukup krusial bagiku karena jujur saja aku tak pernah melakukan kegiatan cuci mencuci kecuali piring kotor di rumah. namun kali ini, bukan piring yang kucuci di tempat baruku ini. dengan bentuk yang tak asing tapi berhasil membuatku berkata,”wah”. ya kami bilang itu nampan. bentuknya bukan bundar besar melainkan seperti nampan para abri di asrama, begitu kata ayahku. dengan satu bulatan cukup besar sebagai tempat nasi dan dengan dua kotak disamping kanan kirinya sebagai lauk, krupuk, sayur, dan buah. kegiatan cuci lainnya adalah…
-
Adaptasi
#story of assalaam 3 belajar untuk adaptasi memang luar biasa susahnya. aku bukanlah bunglon yang dapat melakukan mimikri ataupun cicak yang dapat melakukan autotomi. mereka dapat menyesuaikan diri dengan mudahnya. sedangkan aku? aku masihlah anak yang lugu, dan dengan segala pemahaman yang penuh keraguan. untuk melakukan ini dan itu membutuhkan banyak pertimbangan. barang serba lengkap. ya itu julukan yang pantas bagi santri baru sepertiku dan yang lainnya. perlahan-lahan aku mulai memberanikan diri, kenal dengan banyak orang. mulai rajin tegur sapa. mulai rajin berkata,”bareng yuk!” kawanku sekarang sudah banyak. ah senangnya. kupikir ini salah satu obat untuk sedikit meredam tangisku dalam benakku yang lelah merindukanmu. ayah dan ibu.
-
Baru
#story of assalaam 2 berkenalan dengan banyak orang. awalnya aku meragukan hal itu. karena aku yakin betul aku dan orang-orang disana berasal dari daerah yang berbeda-beda, adat yang berbeda, dan cara yang berbeda. baru. aku tak memeiliki kenalan siapapun. bahkan beberapa hari disana-menyandang gelar sebagai santri baru-ayah ibuku sudah pergi meninggalkanku. meyakinkan diriku. katanya agar aku mandiri. lagilagi aku menangis. kubilang wajar jika aku menangis. wanita menangis itu berarti menunjukkan kelemahannya, begitu petuah ibuku. dan sampai sekarang masih kuingat. ini masih awal. kataku dalam benakku. harus kuat!
-
Terbuang
#story of assalaam 1 aku untuk pertama kalinya ditinggal jauh. jauh sekali dari orang tuaku. entah apa yang dipikirkan ayah dan ibu saat itu hingga aku disekolahkan disini. sebuah asrama berbasis pesantren modern yang berada di salah satu kota provinsi jawa tengah. wajar jika aku menangis bukan? aku bahkan berpikir bahwa aku telah ‘dibuang’. ya berada di dimensi yang berbeda cukup membuatku lelah. karena pada akhirnya aku harus lelah merindukan dirimu. ayah dan ibu. aku tak kenal siapa-siapa. keluarga dekat saja tak ada. ahh apakah harus ini takdir yang kupilih? menjadi seseorang yang merasa ‘terbuang’. dan kini aku menyesal dalam benakku karena pernah memiliki perasaan itu. ya itu dulu. 2006