story of assalaam

cuci mencuci

#story of assalaam 4
entah kenapa dan bagaimana, hari-hari disini seakan lebih dari 24 jam untuk tiap harinya.
aku mulai banyak belajar hal baru. salah satunya adalah mencuci. cukup krusial bagiku karena jujur saja aku tak pernah melakukan kegiatan cuci mencuci kecuali piring kotor di rumah. namun kali ini, bukan piring yang kucuci di tempat baruku ini. dengan bentuk yang tak asing tapi berhasil membuatku berkata,”wah”. ya kami bilang itu nampan. bentuknya bukan bundar besar melainkan seperti nampan para abri di asrama, begitu kata ayahku. dengan satu bulatan cukup besar sebagai tempat nasi dan dengan dua kotak disamping kanan kirinya sebagai lauk, krupuk, sayur, dan buah.
kegiatan cuci lainnya adalah pakaian. mau bagaimanapun juga, tidak mungkin aku membiarkan pakaianku tergeletak. kotor atau bahkan didiamkan didalam tas loundry. hai! aku masih ingat ketika rak-rak antara kamar mandi (KMD) tekel biru dan merah, dipenuhi oleh tas-tas loundry yang berisi pakaian kotor. aih aromanya sangat sedap. banyak sekali yang tak peduli dengan aroma itu. atau mungkin peduli tapi ah sudah biarkan saja’!
bahkan ada cerita, saking malesnya mencuci, akhirnya pakaian dibuang sehabis pakai. kupikir itu seperti aqua gelas yang hanya sekali pakai minum.
belajar mencuci itu susah-susah gampang. bermain dengan butir-butir sabun yang ternyata panas ketika terkena air, bilas yang berkali-kali, belum lagi tenaga ekstra yang harus digunakan untuk ‘mengucek’ pakaian. alternatif paling ampuh ketika kamu tak sanggup melakukannya, kusarankan untuk ‘menginjak’nya. hentakkan kakimy berkali-kali di dalam ember cucianmu. kupikir itu sudah cukup. singkat cepat mudah dan sukses. sekian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!