• Sastra dan seisinya

    Fajar dan Senja (2)

    Sudah hari ke duapuluh satu sejak pertama kali orang-orang beramai menyambut kedatangannya. Mempersiapkan diri di waktu fajar. Melepaskan dahaga di waktu senja. Fajar. Hari ini ia biarkan semburat putih langit menjadi merah kekuningan. Langit sungguh menawan. Di ujung lautan lepas pada akhirnya mentari datang. Burung memunculkan dirinya. Bersiap untuk menyambut sang mentari. Semua bertepuk tangan. Fajar pun pergi menunggu kehadiran senja. Senja. Sejenak terhenti. Hari ini ia biarkan langit biru menjadi merah, kuning, ungu, ah apapun itu kupikir akan selalu merona. Ia biarkan ragam kegelisahan pergi. Begitu pula senja yang akan pergi setelahnya, menunggu kehadiran fajar. Maaf pada akhirnya aku telah membuatmu menunggu. (atau) Terimakasih pada akhirnya kita sama-sama menunggu:…

  • Sastra dan seisinya

    metafora sebuah pertemuan

    walau hanya sebentar setidaknya aku bisa melihatmu. kau jauh disana. tapi tetap saja daya tarikmu selalu mengikatku. yang jelas aku senang dapat melihatmu hari ini. mungkin ini ulah lampu-lampu gedung yang tak tahu malu. mereka membuatmu seakan-akan lenyap dari pandanganku. aku yakin kau tetap disana. hanya saja karena sesuatu yang membuat kita terpisahkan. membuatku harus lebih sabar. menahan hingga suatu hari, saat-saat itu akan tiba. aku melambaikan tangan kepadanya. yakin betul bahwa tangan ini telah diatur oleh saraf pusat. memerintahkan untuk salurkan sapa hangat kepadamu. untukmu yang disana, baik-baik saja kan? kupikir malam ini memang akan menjadi malam yang indah. karena sampai sekarang saja, bayangmu masih mengindahkan mataku. terimakasih… jupiter,…

error: Content is protected !!