Sastra dan seisinya

langit tak pernah membenci angin

“terserah apa katamu. terserah apa maumu. mau aku jelek atau pun buruk rupa, setidak nya aku memesona di hadapanNya” katamu.
“hei kamu. disini aku juga punya sesuatu. mungkin sesuatu yang tidak kamu miliki. aku memang tak sempurna. siapa bilang kalau aku serba tahu. kamu terlalu banyak berharap padaku. atau aku yang meremehkanmu?” kebodohanku.
“sedangkan aku berada di tengah langit dan angin. entah abu atau hitam. sama-sama tak dapat kumengerti. walau sudah dipaksakan tetapi tetap saja sama. kamu boleh beri sebutan untuk itu. padahal langit tak pernah membenci angin” antara-katamu dan-kebodohanku.
sebut saja apapun itu!
kupikir sebenarnya kita sama. untuk apa saling membenci?
Sumedang, 13 Juni 2014
16.59 (UT+7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!