Sastra dan seisinya

Tuan anti-UV

ah sudah tanggal tua. pantas saja razia dimana-mana.
jalanan ramai. terlihat ditiap pertigaan atau perempatan ada beberapa orang yang menggunakan pakaian khasnya. dengan kacamata hitam sebagai trendi nya. dengan sepatu hitamnya yang mengkilat mengalahkan kilau matahari. dengan helmnya-kadang dan itu semua membuat kebanyakan orang berpikir untuk menyepelekan mereka.
oh kasian sekali dirimu wahai tuan anti UV! kusebut saja seperti itu.
kadang sedih kadang juga kecewa. pernah beberapa kali aku mengelak pernyataan dari kakakku.
sudah, kalau ditilang kamu keluarkan beberapa lembar uang-sesukamu dan selipkan saat kamu menyerahkan simmu. mudah bukan?
apa itu harus terjadi? seolah-olah semua tuan memang seperti itu. aku anggap dirimu luar biasa. berdiri dibawah terik matahari. sabar akan bingalnya perbuatan manusia-manusia pelanggar. dan aku terus berandai-andai. bersikeras mengelak pernyataan tersebut.
aku bangga padamu. dimana harga dirimu yang bijak? tuan anti UV. jujur aku tak rela membiarkanmu seakan-akan diremehkan oleh kami. bahwa dirimu mudah sekali disumpal dengan beberapa lembar kertas.
tidakkah itu menyedihkan? atau justru sangat mengerikan(?)
ah semoga saja tidak semuanya. ya kupikir memang begitu. jangan biarkan kami-terus memberikanmu gelar-gelar tak berarti dan tak berharga.
Bandung, 24 Juni 2014
10.58 (UT+7)
mungkin ini hanya curahan kecil. terserah kamu mau menganggap apa. yang jelas ini ironi bagiku. mengerikannya negeri ini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!