Sastra dan seisinya

Pada Mulanya

Pada mulanya kita adalah sosok yang tidak pernah mengenal. tidak ingin peduli, tidak juga ingin mengetahui. aku jauh disini begitu juga dengan kamu. kita tidak tau bagaimana cara untuk memulai. seakan-akan halaman buku yang bernama perasaan tersusun secara tidak beraturan, bercampur aduk, dan semrawut. ‘ah aku semakin sulit untuk mendefinisikan arti semrawut’

Pada mulanya aku adalah sosok yang paling suka mengabaikan hal-hal dari yang sepele hingga rumit sekalipun. aku akan menjadi perempuan jutek nomor satu jika dihadapkan dengan seseorang yang mulai mendekat: semacam ingin membuat buku bersama mungkin (?). dan aku selalu berhasil membuat mereka lelah.

Pada mulanya kamu adalah sosok yang pandai sekali bercerita. semua yang ada pada dirimu selalu berhasil menghipnotis banyak orang: semacam perantara berkah dari Tuhan untuk orang disekitarmu. walaupun begitu, bagiku kamu adalah sosok yang pemalu untuk satu hal. dan mungkin kamu tidak akan pernah menyadarinya karena jujur saja, untuk urusan ini hanya aku dan Tuhan yang tau.

Lalu perlahan sosok aku, yang pada mulanya, tidak lagi suka mengabaikan. bahkan kali ini akan ada seseorang yang telah dijanjikan untuk tidak pernah dibuat lelah. dan aku akan membuatmu terus berjuang.

Lalu perlahan sosok kamu, yang pada mulanya, ………………..

‘hei aku percaya bahwa saat ini, kamu diam-diam memikirkan berbagai cara agar (aku dan kamu) yang pada mulanya menjadi (kita) yang pada akhirnya’

Aku lapar.

kamu, sudah makan?

Jatinangor, 27 Agustus 2015
19.30 WIB

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!