• Sastra dan seisinya

    Pada Mulanya

    Pada mulanya kita adalah sosok yang tidak pernah mengenal. tidak ingin peduli, tidak juga ingin mengetahui. aku jauh disini begitu juga dengan kamu. kita tidak tau bagaimana cara untuk memulai. seakan-akan halaman buku yang bernama perasaan tersusun secara tidak beraturan, bercampur aduk, dan semrawut. ‘ah aku semakin sulit untuk mendefinisikan arti semrawut’ Pada mulanya aku adalah sosok yang paling suka mengabaikan hal-hal dari yang sepele hingga rumit sekalipun. aku akan menjadi perempuan jutek nomor satu jika dihadapkan dengan seseorang yang mulai mendekat: semacam ingin membuat buku bersama mungkin (?). dan aku selalu berhasil membuat mereka lelah. Pada mulanya kamu adalah sosok yang pandai sekali bercerita. semua yang ada pada dirimu selalu berhasil menghipnotis banyak…

  • Sastra dan seisinya

    Aku, Kamu, dan Senja

    Pada suatu sore, aku dan kekasihku: kita biarkan senja menjadi saksi masa kita yang tidak lagi muda. “Yah, sepi sekali di rumah. sekarang kita hanya tinggal berdua. tidak terasa kita sudah 40 tahun menikah. kulitku tidak lagi mulus seperti dulu. mau makan krupuk saja sudah tidak kuat, jumlah gigiku bisa dihitung dengan jari. ayah masih ingat dulu kita sering menghabiskan waktu bersama dengan jalan kaki. berjalan tanpa mengenal arah dan tujuan. sekadar membiarkan kaki kita terus melangkah. ayah masih ingat? bahkan sekarang, untuk sekadar berjalan dari depan rumah hingga jalanraya saja, aku tidak kuat. kita sudah tidak lagi muda ayah.” Anak-anak kecil berlari kecil kembali ke rumahnya. burung-burung pipit pun…

  • Sastra dan seisinya

    pos angin

    aku mengarahkan mataku ke langit. melihat pendaran bintang. ada yang berkelip ada yang berkelit. ada yang sendu ada yang tersipu. sepertinya kamu benar-benar tidak menyadarinya. apa kamu hanya berpura-pura bahagia padahal kamu sedang memikirkan kapankah kelayakan itu? kadang kecemburuan menghampiriku. saat aku mendengar banyak cerita tentang kebahagiaan angin. saat terikat dengan orang yang dianggap ia masa depanmu. tapi aku? aku ikut senang mendengar ceritamu angin. aku disini kamu disana. katanya si seperti aku dilangit kamu dibumi. ada sekat diantara kita. dan aku semakin yakin untuk selalu menantimu. aku ingin sekali bercerita denganmu. sapa-sapa hangat, cerita diduniaku, teman-temanku. ahh banyak sekali. bagaimana denganmu? kamu sehat kan? sudah makan? angin, sampaikan salamku…

  • Sastra dan seisinya

    Terpaan angin

    Aku diterpa angin. Tidak, angin lah yang menerpaku. Kita saling beradu, aku menyalahkannya dan dia menyalahkanku. Tak Ada ujungnya. Aku tersenyum. Mungkin jika ini tak terjadi aku akan bosan dan melupakan angin. Aku tersenyum kembali. Jarum jam berdetak, tik tok tik tok. Bahkan jantung pun tak mau kalah. Ada yang beda. Detaknya begitu kencang, sama seperti saat aku membaca namanya. Hanya sekadar nama dapat membuatku terhenti dari segala aktivitas. Setajam itukah penglihatanku? Atau mungkin namanya telah diberi bumbu bumbu penyedap sehingga aku seolah mati kaku membaca namanya? Beribu pertanyaan kubuat dan kurangkai satu persatu. Aku tak mau menyalahkan diriku sendiri. Ya karena ini bukan salahku. Angin kembali menerpaku. Bukan salahku…

error: Content is protected !!