Sastra dan seisinya

Plan-to-go

“Rencana adalah langkah pertama bentuk tanggung jawab”, katanya sih begitu.

Saya termasuk orang yang suka bermain dengan perencanaan. Membuat rencana memang bagus dan baik, tapi yang saya pahami adalah ketika kita membuat rencana maka kita harus siap dengan ketidakberhasilan rencana tersebut. Entah rencana tersebut gagal karena tidak terlaksana atau rencana tersebut berjalan tidak sesuai ekspektasi.

Egoisme akan menjadikan kita semakin berkutat dan terobsesi dengan keberhasilan sebuah rencana. Memakan waktu cukup lama bagi saya untuk memaknai bagaimana sebuah rencana tidak membuat kita sakit hati.


“Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan.”
(Hud: 115)

[Ayat ini muncul di saat saya benar-benar berputus asa]


Tidak ada yang salah dengan pembuatan rencana. Hal yang tidak tepat adalah jika rencana tidak dibarengi dengan sabar. Berkali-kali saya dinasihati untuk bersabar. Ternyata Tuhan punya cara yang baik untuk menasihati saya.

“sing sabar to nduk”-seakan-akan begitu nasihatnya.

Maka saya akan belajar bahwa saya harus bersabar dengan rencana yang saya buat. Sedangkan untuk keberhasilan, ada Tuhan yang sudah mengatur lebih dulu untuk kebaikan kita.

Aih, gini aja kok dipikirin?

Kemarin kan baik-baik saja. Tiba-tiba tadi malam jadi kacau. Pagi ini juga masih kacau. Gatau deh nanti siang-sore-malam bisa semakin kacau dan tidak mau menyentuh air. Semoga besok, saya tidak lagi semrawut. Tuh kan berencana lagi. Ya siap-siap saja untuk rencana yang tanpa sadar selalu kita buat entah diinginkan atau tidak.

 


Hei kamu!

Jangan buat hidupku kacau apalagi sampai tidak mau menyentuh air.

Balikpapan, 29 Desember 2015

 

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!