Sastra dan seisinya

Kepada Waktu yang Terus Berjalan

Saya, manusia yang belum beberapa lama menginjak umur 21, ingin sekali berteriak mengeluh kesahkan: Tuhan, tolong hentikan waktu untuk sekejap!

Sedetik itu berharga. Seberharga kita memikirkan apa yang akan kita lakukan, bagaimana masa depan, mengapa hidup, dan untuk apa waktu dibiarkan terus berjalan. Mungkin seandainya saya mampu memperbudak waktu, kubiarkan sehari lebih dari 24 jam. Karna ternyata, baru kali ini pula, saya benar-benar merasakan bahwa, waktu yang terus berjalan menyebabkan degup jantung tak karuan rasanya.

“Dag dig dug, kenapa jadi deg-deg an? Apa ini yang disebut kegelisahan mahasiswa tingkat akhir?”, batin saya.

Kepada waktu yang terus berjalan, semoga kau tidak terburu-buru dan berlari meninggalkan.


Berharap menggarap skripsi bisa seindah membayangkan hidup bersamamu 🙂

Eits, intermezzo aja kok. Jangan dibawa laper loh yaa!

Jatinangor, 16 Februari 2015

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!