Cerita Makhluk Hidup,  Cerita Menanam

Budidaya Bambu

PENANAMAN BAMBU

Bambu tumbuh merumpun. Bambu mempunyai ruas dan buku. Pada buku dapat tumbuh akar, sehingga memungkinkan bambu untuk memperbanyak dirinya dengan tunas-tunas akar rimpangnya. Budidaya dilakukan untuk perbanyakan bambu. Perbanyakan bambu dapat dilakukan secara generatif yaitu dengan biji dan secara vegetatif adalah sebagai berikut (Nafed 2011):

Photo by Valeriia Miller on Pexels.com
  1. Stek Batang dan Stek Cabang

Bahan bibit untuk stek batang dipilih yang berumur lebih kurang 2 tahun. Bagian yang digunakan adalah bagian bawah sampai tengah batang yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu dipotong-potong sekitar 10 cm dari bawah dan atas buku yang terdapat tunas, dengan demikian diperoleh bahan stek batang yang berukuran 20 cm. Selanjutnya, stek batang tersebut disemaikan dengan cara ditancapkan pada gundukan tanah sehingga bagian mata tunas atau tunas tertutup tanah. Bahan bibit yang berasal dari stek cabang dipilih dari cabang pada batang induk yang berumur sekitar 3 tahun. Cabang itu lalu dipotong mulai dari pangkal yang menempel pada buku batang, setelah itu bagian ujungnya dipotong sehingga diperoleh panjang stek cabang kira-kira 75 cm (3 – 4 ruas cabang). Stek tersebut lalu ditancapkan pada kantong plastik yang telah disiapkan.

2. Stek Rimpang

Rimpang (rhizome) adalah akar-akar yang mampu memberikan pertumbuhan tunas sebagai calon batang muda. Perbanyakan dengan stek rimpang sering dilakukan dibanding dengan stek batang atau cabang. Stek ini tidak perlu disemaikan terlebih dulu karena ukurannya relatif besar, kecuali untuk jenis bambu yang ukuran batangnya kecil. Hal yang perlu diperhatikan adalah pemilihan batang bambu yang rimpangnya bisa digunakan untuk bibit. Batang bambu dipilih yang berumur sekitar 2 tahun. Hal ini dimaksudkan untuk mengatasi terjadinya kekeringan pada waktu di lapangan yang sering terjadi bila menggunakan bibit dari batang muda. Selain itu, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan stek rimpang yaitu rimpang harus ada beberapa kuncup tidur, bibit harus diambil secara hati-hati jangan sampai rusak, pengumpulan bibit dilakukan sebelum pembentukan rebung-rebung baru, pengambilan bibit sebaiknya dilakukan pada hari penanaman, sebaiknya bibit tidak disimpan,kalaupun disimpan harus dalam keadaan lembab. Setelah ditentukan batang yang rimpangnya akan digunakan untuk bibit, dilakukan pemotongan pada buku ke 3 – 4 atau sekitar 100 cm dari bawah. Setelah itu rimpang digali dan dipisahkan dari induk rimpang. Stek rimpang yang diperoleh dibersihkan dari akar-akar serabut
dengan cara dipotong dan ditempatkan pada air mengalir untuk merangsang munculnya akar-akar baru. Sebaiknya pengambilan stek rimpang ini dilakukan pada musim hujan. Perbanyakan tumbuhan dengan stek rimpang banyak dilakukan masyarakat. Dengan cara ini bibit bambu tumbuh lebih cepat dan lebih kuat, karena pada akar rimpang banyak mengandung bahan makanan dan air yang diperlukan untuk pertumbuhan tunas. Akan tetapi cara perbanyakan ini ada juga kekurangannya karena tidak praktis, rimpang harus dicongkel dan dipisahkan dari tumbuhan induknya, volumenya besar, di samping itu berat untuk ditangani dan diangkut. Ketersediaan rimpang yang terbatas ini menjadi kendala untuk digunakan sebagai bibit dalam skala yang besar.

3. Kultur Jaringan

Kultur jaringan adalah teknik untuk mengisolasi dan menumbuhkann bagian-bagian tumbuhan (bisa berupa protoplas, sel, kelompok sel, atau organ) pada media buatan yang aseptik dan mengandung semua unsur hara dalam wadah tembus pandang. Perbanyakan bambu dengan kultur jaringan dapat dilakukan dengan biji atau dengan tunas muda. Teknik kultur jaringan dapat dihasilkan lebih dari 50 tunas bambu dalam 1 botol kecil dalam waktu kurang lebih 2 bulan.

PEMANENAN BAMBU

Waktu tebang adalah hal penting yang harus diperhatikan dalam pemanenan bambu. Sedangkan umur bambu yang baik ditebang disesuaikan dalam pemanfaatannya seperti bahan kerajinan. Bambu yang baik digunakan adalah yang berumur cukup tua yaitu kurang lebih berumur tiga tahun (Baharuddin dan Taskirawati 2009). Sedangkan menurut McClure (1966), bambu yang baik untuk bangunan/furnitur adalah berumur empat sampai lima tahun. Bambu yang terlalu muda maka kurang baik hasilnya.Adapun musim yang baik untuk pemanenan bambu adalah di awal atau saat musim kemarau. Hal ini dimaksudkan bila dipanen di musim kemarau maka kadar air buluh pada bambu sangat rendah juga bambu tidak mudah terserang hama. Cara tebang juga merupakan hal yang harus diperhatikan dalam pemanenan bambu. Ada dua cara yaitu tebang pilih dan tebang habis. Cara tebang pilih yaitu memilih buluh yang sudah tua saja sekitar 25-50% buluh yang cukup tua perrumpun. Setelah satu sampai dua tahun, penebangan berikutnya kembali dilakukan. Kelemahan dari cara ini yaitu memakan waktu lebih lama dan juga membutuhkan
keahlian khusus dalam pengerjaannya. Adapun cara tebang habis yaitu menebang habis buluh perrumpun. Walaupun lebih banyak keuntungannya namun rumpun yang sudah ditebang tidak dapat menghasilkan rebung atau rebung yang dihasilkan akan berukuran kecil atau tidak pada ukuran normal. Sedangkan pertumbuhan buluh bambu ikut terhenti (Baharuddin dan Taskirawati 2009).

selanjutnya akan saya tuliskan cara tebang, pelihara, sampai panen bambu berdasarkan dokumentasi yang saya lakukan di Desa Karangwangi Cianjur.

Referensi sumber sengaja tidak dicantumkan.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!