• Sastra dan seisinya

    Puisi untuk Ayah

    Teruntuk Lelaki pelindungku Hari demi hari hingga waktu tak dapat kuterka Bermain dengan ingatan dan rasa Dimulai dengan tangisan, buaian, dan didikan Sajak demi sajak Ada cerita dibalik cerita Rindu bak permadani terbang tanpa angin Dan kau akan selalu menjadi lelaki pelindungku Ayahku, Kudoakan sehat selalu membersamaimu Dan kebahagian selalu mengitarimu Cinta untukmu, dariku

  • Sastra dan seisinya

    Pesan Terusan

    Anak-anakku sayang,  sekarang kamu telah bertumbuh dari remaja menuju dewasa. Insya Allah Ayah dan Ibumu berjuang untuk memberikan bekal ilmu dan pendidikan  terbaik untukmu. Gunakanlah kesempatan itu dengan sebaik-baiknya. Belajarlah yang giat dan tekun. Ingatlah bahwa pendidikan ini adalah bekal untu mengarungi kehidupan kelak di dunia dan persiapan menuju akhirat. Janganlah kau sia-siakan waktu untuk menimba ilmu pe getahuan. Anak-anakku, Ayah dan ibu tidak punya hak menentukan masa depanmu. Kamu sendirilah yang menentukan kamu mau jadi apa nanti. Ayah dan Ibu  hanya berpesan pilihlah masa depanmu sesuai dengan keinginan hatimu. Mau jadi pengawai, mau jadi wiraswastawan, mau jadi seniman, atau mau jadi apapun lakukanlah semuanyan dengan hati yang tulus sehingga…

  • Sastra dan seisinya

    Pesan dari Ayah

    “Selamat ulang tahun Zifa, ayah dan ibu selalu mendoakan sst yang terbaik tercurah bagi Zifa. Diberikan kesehatan, umur panjang, selalu diberikan kebahagian, diberikan kemudahan dalam segala urusan. Diberikan rasa kasih sayang sama keluarga, ayah ibu adik2 dan saudara2. Dijadikan insan yang memberikan banyak manfaat bagi kemanusiaan. Nantinya diberikan keturunan anak2 yang sholeh. Maafkan ayah bila selama ini belum bisa memberikan yang terbaik buat Zifa.” You’re my best daddy forever. Lelaki paling perhatian, selalu mendoakan Zifa setiap saat. Terimakasih sudah menjadi ayah zifa yang mendidik dan mengajarkan Zifa banyak hal. Love you so much. You’re lovely daughter: perempuan yang saat ini di umur 21 (aku kan slalu ada sekalipun di hari…

  • Sastra dan seisinya

    Anak Perempuan Ayah

    Pada suatu hari di saat senja bertandang menyambut gelombang rasa, sepasang merpati bersandar di dahan pohon besar: menatap jingganya langit senja. Mereka menikmati keindahan bersama. Saling mengepakkan sayap, berbagi sarang, berbagi harapan, berbagi keindahan, berbagi hari tua: bersama. “Ayah, kalau adik sudah besar nanti, adik jadi apa yaa?” “Loh, memangnya adik ingin jadi apa? Kan cita-cita itu ada banyak. Adik bisa mencocokkan mana yang sesuai sama keinginan dan kemampuan adik.” “Adik gamau jadi apa-apa. Adik cuman ingin hidup tua bersama ayah. Kalau ayah nanti jadi kakek dari anak-anak adik, adik jadi nenek dari cucu adik. Pusing ya yah? Pokoknya gitu deh yah. Kelak di hari tua ayah, adik ingin selalu…

error: Content is protected !!