Sastra dan seisinya

Degupan Jantung

“aku tak tahu bagaimana caranya menghentikan degup jantung ini.” pikirku.
malam ini untuk kesekian kalinya aku termenung. lagi-lagi aku paham dengan kebodohanku tapi aku tetap mengulanginya.
mau sampai kapan, aku harus seperti ini? bertindak tak karuan. memaksakan kehendak. memastikan sebuah keserasian.
barangkali memang begitu keadaanya. aku terperangkap dalam jeratan. bukan kamu yang membuatnya. bukan kamu yang menginginkannya. tapi aku, terus saja menyalahkanmu dan berkata bahwa kita serasi.
aku ingin menciptakan sebuah jeda. entah itu masa tenggang atau masa penghilangan ruang dan waktu antara kita. apa itu lebih baik. melihat namamu saja membuatku teringat banyak hal. semua tentang ketidakwarasanku. tentang perilaku yang sebenarnya masih jauh dikatakan pantas. begitu yang sering aku dengar dari kebanyakan orang. kini aku benar-benar ingin menghilang. hingga mungkin suatu saat nanti, dimana aku harus melupakanmu atau justru ingatan-ingatan itu akan kembali kutulis. disini.
definisi yang selama ini aku buat dan menjadi sebuah rangkaian mimpi mungkin ada benarnya. terserah: untukmu. apapun yang ingin kamu tafsirkan. semoga aku tak berlebihan. begitu juga dengan sebutan sebagai pemburu.
apa aku tega membiarkan jantung ini berdegup kencang. berhentilah. aku tahu kamu lelah. karena pada kenyataannya, itu terjadi ketika aku memintanya berdegup sesuai keinginanku.
Kebumen, 15 Juli 2014
23.21 (UT+7)

2 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!