• Puisi (Aku dan Kamu),  Sastra dan seisinya

    Ramadhan Kita

    Ada kumandang takbir, kembang api, anak kecil, dan juga jajanan asap. Dari malam langit negeri santri ini kusampaikan, Sayangku, terimakasih atas panjatan doa-doamu yang telah membersamaiku selama ini. Maafkan Ramadhanku yang mungkin telah menyulitkanmu. Dan juga kenakalanku yang berbunyi maupun tersembunyi. Selamat Hari Raya Idul Fitri untuk tahun pertama kita. Semoga Alloh menerima Ramadhan kita serta diizinkan untuk kembali menikmati dan mensyukuri Ramadhan yang akan datang bersama Sang harapan-harapan kecil kita. Taqobalallohu minna wa minkum ..

  • Puisi (Aku dan Kamu)

    Teruntuk Kekasihku

    Kekasihku Ketika malam menjadi pagi Ayam berkokok membangunkan nyawa Burung riang menari bersama awan Dan embun menghadiahkan kesejukan Ketika dirimu hadir Racun cinta bersemayam dalam tubuhku Senang, sedih, tawa, pilu Dan dirimu berhasil memberikanku luka Kekasihku seaindainya kau tahu, Dulu aku pernah berjanji untuk tidak pernah menangis karena seorang lelaki Dan pada akhirnya kau adalah lelaki pertama yang membuatku menangis karna cinta Dulu aku tidak pernah membayangkan menikah dengan seorang lelaki mulia sepertimu Dan pada akhirnya kau adalah lelaki pertama yang mengajarkanku tentang hikmah ayat-ayat cinta Dihari ini kau semakin menua Entah berapapun umurmu Ijinkanlah aku berdoa kepada Tuhanku Agar kita kelak akan menua bersama Dengan cinta yang tak pernah…

  • Puisi (Aku dan Kamu)

    Istri Mudaku

    Istriku kau tlah mengukir duniaku dimanapun aku bermimpi Saat awan bernaja pada keheningan kau justru bermain cahaya Kulit keriput di muda nengundang takwa, sahabat setiamu Betis yang membesar adalah senjata utamamu tuk menopang harapan si kecil kita Istriku yang muda nan lucu, aku dan para malaikat mengizinkanmu bermain bersama Bintang bercanda gurau dengan Bulan demi surga yang dirindukan Ya Allah yang Maha Pengasih, Maha Mulia, Maha Perkasa, aku memohon kasihi dia, kuatkan dia, muliakan dia, berkahi dia, istriku Azifah An’amillah Jombang, 9 Januari 2017 20.44 WIB

  • Sastra dan seisinya

    Puisi untuk Ayah

    Teruntuk Lelaki pelindungku Hari demi hari hingga waktu tak dapat kuterka Bermain dengan ingatan dan rasa Dimulai dengan tangisan, buaian, dan didikan Sajak demi sajak Ada cerita dibalik cerita Rindu bak permadani terbang tanpa angin Dan kau akan selalu menjadi lelaki pelindungku Ayahku, Kudoakan sehat selalu membersamaimu Dan kebahagian selalu mengitarimu Cinta untukmu, dariku

  • Sastra dan seisinya

    Perempuan yang Menutup Mata

    Betul bahwa malam akan menjadi saksi mentup matanya para perempuan. Angin dingin dan juga suara gemerisik daun pepohonan depan rumah menjadikan malam-malam sunyi kian menyakitkan. Perempuan yang mulai menutup mata, selalu siap dengan hal-hal pilu yang akan terjadi slama tidurnya. Saat berbaring, hati dan fikiran perempuan perlahan mulai tercampur. Drama-drama menyenangkan maupun menyakitkan terolah dengan sendirinya. Perempuan memang pandai berimajinasi tentang perasaan. Ia tidak peduli mana yang ego mana yang rasional. Ia tidak mau ikut campur bahwa drama-drama tersebut bisa jadi akan membuatnya penuh harapan-harapan yang tidak pasti. Maka saat menutup matanya, drama itu dimulai. Dari sekian banyak perempuan, pasti akan menciptakan drama menyenangkan. Tentu hal ini dilakukan agar tidur…

  • Sastra dan seisinya

    Degupan Jantung

    “aku tak tahu bagaimana caranya menghentikan degup jantung ini.” pikirku. malam ini untuk kesekian kalinya aku termenung. lagi-lagi aku paham dengan kebodohanku tapi aku tetap mengulanginya. mau sampai kapan, aku harus seperti ini? bertindak tak karuan. memaksakan kehendak. memastikan sebuah keserasian. barangkali memang begitu keadaanya. aku terperangkap dalam jeratan. bukan kamu yang membuatnya. bukan kamu yang menginginkannya. tapi aku, terus saja menyalahkanmu dan berkata bahwa kita serasi. aku ingin menciptakan sebuah jeda. entah itu masa tenggang atau masa penghilangan ruang dan waktu antara kita. apa itu lebih baik. melihat namamu saja membuatku teringat banyak hal. semua tentang ketidakwarasanku. tentang perilaku yang sebenarnya masih jauh dikatakan pantas. begitu yang sering aku…

  • Sastra dan seisinya

    Pelaminan

    siang ini. aku berada di ruangan yang kubilang penuh sekali. satu hal yang menarik dari “penuh” ini. semua terlihat bahagia. ada yang sedang makan, bercengkrama, berfoto, dan yang paling penting adalah sepasang merpati putih. kali ini duduk di sebuah tempat krusial. ya mungkin sebentar lagi atau suatu saat nanti aku juga akan merasakannya. disana. pelaminan. kupikir capek duduk berlama-lama disana. atau berdiri untuk menyalami satu persatu para tamu undangan. apalagi dengan pakaiannya yang berat-menurutku. ya mungkin itu akan menjadi sebuah pakaian yang digunakan sekali dalam seumur hidup-kamu. disanalah kamu akan mempertontonkan dirimu dan dirinya. sepasang tali kasih yang mungkin banyak membuat orang-orang disana cemburu. itu sebuah konsekuensi. sebelumnya kamu sudah…

  • Sastra dan seisinya

    Taat

    hai langit. hai bintang. hai angin. hai hujan. hai orang-orang langit! malam ini aku mendengar dendangan lagu melalui tepukan rebana. anak-anak itu. rasanya senandung “tola’al badru..” sudah lama tak kudengar. aku merasakan kebahagiaan mereka. sambutan kedatangan untuk sang pembawa cahaya, pemecah kegelapan. kalau tidak ada para kaum dulu, mungkin tidak ada kaum sekarang. itu kata orang disana. sebenarnya kita kaum yang sama. mau dulu ataupun sekarang, kita umat nabi. kebayang betapa luar biasanya beliau, bahkan saat detik-detik terakhir menginjakkan kaki di bumi, beliau masih sempat mengkhawatirkan kita agar menjadi umat yang taat. umat di masa depan. sekarang? masih layakkah kita disebut sebagai umat? sebenarnya mudah. taat. itu cukup menjawab pertanyaan.…

  • Sastra dan seisinya

    Sami'na wa Atho'na

    aku bertanya,”mengapa aku-yang sampai sekarang masih tetap ingin dan bersikeras untuk dekat denganmu? dan mengapa harus kamu? kamu boleh bilang aku bodoh. namun kalaupun akhirnya kita ditakdirkan bertemu dan merajut kenangan bersama, bagiku itu adalah hadiah terindah karna akhirnya aku bisa menjadi makmum-kamu. sami’na wa atho’na.” Sumedang, 14 Juni 2014 20.03 (UT+7)

  • Sastra dan seisinya

    Cahaya Rindu

    bertanya pada sesuatu yang tidak pasti. memahami sebuah arti. sebenarnya definisi rindu itu seperti langit yang tak pernah membenci angin. aku yakin sejauh apapun kita merindukan seseorang, tak pernah seperih kita merindukan sang pembawa cahaya. cahaya pemecah kegelapan. hei kamu, apa saja yang kamu lakukan untuk memeluk rindu? kalaupun rindu itu perih, apa kamu berani untuk berbicara? kupikir pasti kamu hanya membiarkan penamu menari diatas kertas. atau mungkin hanya aku yang seperti itu. untukmu, apa kamu merasakan apa yang saat ini sedang kurasakan? apa kita saling memeluk rindu walau kita berada di dimensi yang berbeda. ada orang-orang langit didekatku. aku bersyukur masih bisa merasakan rindu pada sang pemecah kegelapan. sang…

  • Sastra dan seisinya

    Ada yang hilang

    kupikir cinta itu penuh sensasi. cinta tak mudah didapat apalagi ditemukan. kupikir yang ini berbeda. cinta yang memukau. mungkin jika aku tak mengenal cinta, aku bisa aaja tak seriang saat ini. bukan cinta antara adam dan hawa. namun cinta yang lebih indah, manisnya seperti coklat ditabur gula. ya cinta antara guru dan murid-muridnya. kupikir hari itu adalah hari paling sendu yang pernah kualami. saat semuanya benar-benar redup. dan aku tak lagi memahami apakah ini benar atau tidak. apakah ini ujian atau aku memang harus belajar untuk lebih tabah. belajar merelakan karena di dunia ini tak ada yang abadi. dan aku percaya itu. hanya akhirat lah yang keabadiannya tak dapat diragukan.…

error: Content is protected !!