Sastra dan seisinya

Perempuan yang Menutup Mata

Betul bahwa malam akan menjadi saksi mentup matanya para perempuan. Angin dingin dan juga suara gemerisik daun pepohonan depan rumah menjadikan malam-malam sunyi kian menyakitkan. Perempuan yang mulai menutup mata, selalu siap dengan hal-hal pilu yang akan terjadi slama tidurnya.

Saat berbaring, hati dan fikiran perempuan perlahan mulai tercampur. Drama-drama menyenangkan maupun menyakitkan terolah dengan sendirinya. Perempuan memang pandai berimajinasi tentang perasaan. Ia tidak peduli mana yang ego mana yang rasional. Ia tidak mau ikut campur bahwa drama-drama tersebut bisa jadi akan membuatnya penuh harapan-harapan yang tidak pasti.

Maka saat menutup matanya, drama itu dimulai. Dari sekian banyak perempuan, pasti akan menciptakan drama menyenangkan. Tentu hal ini dilakukan agar tidur kian nyenyak dan bangun dengan segudang harapan. Sedangkan drama menyedihkan diciptakan oleh perempuan-perempuan yang baru saja tersakiti. Entah karena lelakinya ternyata lebih senang membanggakan perempuan lain atau bahkan hanya sekedar memberikan senyum kepada perempuan lain. Dan kamu tau betul bahwa senyum itu berbeda dari biasanya.

Perempuan memang rumit. Dan aku paham itu. Ia tidak perlu diperintah untuk jujur. Seberapa besar perempuan itu mentup mata untuk drama-drama nya, entah karna suka maupun sakit, ia tidak pernah lelah untuk meredam egonya. Membiarkan dirinya terperangkap dalam cinta tulusnya.

Ah, kejam sekali diriku menulis kata terperangkap!

Suatu saat kamu akan mengerti mengapa aku menulis demikian.

Lembang, 6 september 2016
05.18 wib

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!