Sastra dan seisinya

Ibu dan malaikatnya

“Bagaimana jika suatu saat nanti, ditengah Aku menyerah?”

“Maksudnya?”

“Ya menyerah menjadi seorang Ibu.”

“Gapapa. Nabi juga ga melarang. Boleh, asal ga lama-lama.”

Seketika sendu membayangkan kehidupan menjadi seorang Ibu yang mungkin kelak akan banyak ragam deru yang menyertai.
“Tenang aja sayang. Kita hadapi dulu yang sekarang ada di hadapan kita. Kita akan jalan bersama.”


Sebulan, duabulan, tigabulan, perlahan aku mengenal apa yang disebut sebagaimana suka dukanya mengurus anak. Dari menyusui, mengganti popok, menimang-nimang, hingga memandikan, masing-masing ada lelah batinnya sendiri. Sampai mungkin di masa aku mampu menstabilkan emosi pikiran dan juga batin, ada kejutan selanjutnya yang Alloh berikan padaku. Kehadiran calon penghuni keempat yang sedang berjuang tumbuh sehat pada semestanya.

Kehamilan kedua.

Kaget? Khawatir? Sudah tentu. Saat itu hanya perasaan campur aduk seorang Ibu yang sama sekali belum pernah punya pengalaman mengurus anaknya hingga besar. Dan kini, Alloh tau bahwa diriku akan diuji kekuatan sabar dan tabah, menjadi seorang ibu yang bijaksana nan penuh kasih sayang. Sulit? Mungkin. Aku belum pernah mencobanya. Masa-masa sekarang di kehamilan trimester 1-2 telah telewati. Dari yang tenaga abis mengurus anak pertama yang sedang senangnya bereksplor hingga tubuh ini yang tidak kuat bahkan untuk sekedar berdiri apalagi menggendong. Atau makan jadi tidak selera hingga tidak sadar bert badan sempat turun 10 kg. Atau pernah juga anak disaat menangis tanpa sebab dan hanya ingin digendong, tapi kubiarkan menangis selama 1 jam. Atau dilema menyusui karena tak lagi dapat mengenyangkan anak dengan ASI, sedangkan anak alergi susu formula sapi. Sedih? Pasti. Tapi apa yang bisa kita keluhkan. Aku yakin malaikat selalu ada disamping kita: anak-anaku, suamiku, dan juga Aku. Justru inilah pernak pernik kehidupan setelah menikah. Kehidupan berumah tangga, kehidupan seorang Ibu yang tetap terus ingin mewujudkan masing-masing dari mimpinya. Menghiasi rumah dengan canda, tawa, harapan, dan doa.
Dan, selagi perutku membesar, ternyata anakku juga cepat sekali tumbuh besar. Nyatanya diriku harus kuat melewati ini semua, dan Alloh pasti tahu bahwa hambaNya mampu.

Bismillah….

Lembang, 6 Mei
06.12 wib

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!