Masih Mau disampingku?
jika kita diibaratkan bagai sepasang sepatu, mungkin aku adalah pasangan yang paling tidak cocok untukmu.
jika kita diibaratkan seperti putih dan hitam, aku akan lebih emilih hitam karena mungkin itu yang pantas bagiku.
jika kita sama-sama manusia maka aku adalah manusia yang jahat, kejam, dan…..
Ah, sudahlah lebih baik kamu abaikan saja orang sepertiku ini.
saat langit benar-benar sendu seperti apa yang kurasakan akhir-akhir ini, hanya ada cerita hati yang membuncah, bias, dan tak makna. bahkan katanya, saat itu tak ada lagi yang mengenaliku. terombang-ambing, goyah, rapuh, dan akhirnya hancur berkeping-keping. jujur saja: aku benci mengatakannya.
sudah sepantasnya kamu menjauhiku dan meninggalkanku pergi, sendiri. kamu terlalu sabar menghadapi setiap tingkah lakuku. coba kamu lihat? aku begitu banyak mencacimu, membicarakanmu dari belakang, menyebutmu aneh, dan akhirnya aku kesal pada diriku sendiri. tuh kan benar? aku ini manusia paling jahat.
didepanmu aku pura-pura menyapamu, pura-pura memanggilmu, pura-pura meminta untuk ditemani, selebihnya aku tak pernah memikirkan perasaanmu. bagaimana? kamu masih mau mendekatiku?
memang langit tak selamanya sendu.
air tak selamanya tenang.
tanah tak selamanya datar.
sedangkan aku,
tak selamanya baik.
aku sudah mengatakannya berkali-kali walaupun hati ini benci berucap.
mau sampai kapan kamu bertahan?
biarpun begitu,
terimakasih untuk tetap disampingku.
Jatinangor, 9 Desember 2014