Bagaimana mungkin aku menjauhiMu?
sembari melihat birunya langit dan ragam bentuk indahnya awan, terfikir olehku sesuatu. ternyata kehidupan menjadi seorang mahasiswa tidak semudah yang kubayangkan. tidak melulu belajar menatap buku atau bermalam dengan laptop untuk mengerjakan tugas. replika ini sangatlah unik. liku-liku yang dilalui tidak semua orang mampu merasakannya. kalau aku boleh bilang, ini hanya untuk orang-orang terpilih saja.
benarkah begitu?
ah, sudah hampir 5 semester aku berada disini. jauh dari keluarga, jauh dari kebiasaan, dan kini mulai terbiasa dengan apa yang disebut dunia ‘baru’. cukup menyenangkan memang, tapi lebih menyenangkan lagi saat liku-liku kini benar-benar membuat dunia kuliahku: komplit.
sering sekali berpikir yang tidak-tidak. apalagi saat semuanya jenuh dan istilahnya ‘bosan dengan penat’ semakin menjadi-menjadi. entah apa saja yang telah dilakukan, apa saja yang telah terjadi, dan semuanya kini memberikan pertanyaan bertubi-tubi.
banyak cerita, banyak pula suka, duka, maupun luka disetiap cerita tersebut. hingga ada saatnya karena semua merasakan kejenuhan, dan akhirnya ada cerita yang saling menjudge, menjatuhkan, menyalahkan, atau bahkan apatis,”ini bukan urusanku. Lalu untuk apa aku peduli?” hah! ingin sekali kuberteriak getarkan gunung-gunung.
mengapa harus seperti itu?
kamu tahu, sepertinya tameng ketangguhan hati ini perlahan melemah.
mungkin ini remeh.tapi aku lebih senang kalau kamu bertanya. kamu merasa ada kejanggalan padaku. kamu memperhatikan tingkah lakuku, cara bicaraku, dan juga bayangan pada mataku.
sepertinya kini aku mulai memiliki kehidupan lain di dunia kuliah ini.
“sekalipun ada 100 orang yang membenciku, masih ada 1000 orang yang akan selalu berad disampingku.”
Terimakasih Tuhanku, Alloh..
Engkau selalu baik. Engkau selalu ada untukku. Engkau temaniku di malam-malam cahaya.
Engkau berikan seseorang disaat ada seseorang lain tidak menyukaiku.
Engkau teramat peduli padaku.
Bagaimana mungkin aku menjauhiMu?
Jatinangor, 12 Desember 2014
22.01 (UT+7)