Sastra dan seisinya

Para Pejuang

bukan sampai disini akhirnya. bukan tentang perjuangan namanya bila kita putuskan untuk berhenti. kupikir ini akan menarik jika dirajut menjadi sebuah kisah. masa-masa saat kita untuk pertama kalinya berada dalam kegundahan yang amat-sangat menyayat. apa benar begitu? jujur, hingga detik ini pun aku masih bertanya-tanya.

mungkin fikirmu ini adalah sebuah paksaan. hal diluar batas ideologimu. memang bisa saja dikatakan ya, bisa juga tidak. kadang idealisme mampu mengalahkan faktor-faktor lainnya. bagaimana? mau diabaikan?

ah, hidup ini tidak semudah yang dibayangkan kawan. kebersamaan kita untuk ‘memajukan’ tidak patut dihina-hinakan. ini kerja keras kita.  apapun hasilnya, dapatkah kita merasakan nikmatnya proses? ini yang seharusnya dituju. inilah yang semestinya kita dapatkan. pahit manis itu sesasinya bukan?

sekalipun suara-suara burung kini semakin menekik ataupun dentuman angin yang tak lagi karuan, pohon beringin masih saja berdiri kokoh. aku bersyukur memiliki pejuang sepertimu. semakin gigih kau berada, semakin indah terlihat dimatamu. mungkin saja kamu lelah melihatku- jatuhkan air mata. bosan menyapaku yang berwajah gelap. enggan memanggil namaku yang redup. aku bersyukur bisa benar-benar mengenalmu.

aku tidak ingin repot-repot melontarkan kata tentang komitmen. aku yakin kamu lebih paham mengenai hal itu. jujur, aku tidak ingin kamu terbebani oleh diriku yang terlampau banyak menyusahkanmu.

Tapi, bolehkah aku menyampaikan suatu hal padamu?

Bahwa Aku hanya ingin kamu setia: selalu ada disampingku, suka maupun duka.

Itu saja,

Jatinangor, 12 Desember 2014
23.51 (UT+7)

Sepenggal Kisah- Para Pejuang PREBIOTIC

0 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!