Sastra dan seisinya

Kecil Bagiku dan Bagimu

malam ini, malam setengah bulan. aku akan menceritakanmu tentang seorang anak kecil. terlihat masih polos nan lugu. aku bisa melihat dalam dirinya. betapa besar keteguhan dalam hatinya.
Putri
sebenarnya kenapa hidup selalu saja ada ujian. sekolah saja selalu ujian, kenapa harus ada tambahan ujian diluar sekolah? kadang aku ragu menjadi diriku sendiri atau mungkin aku terlalu sering menyalahkan diriku apalagi batinku. ah mengapa begitu sulit untuk hidup. begitu berat untuk sekadar mengucapkan dua kata: aku sanggup.
aku masih kecil-lugu nan polos. tapi kulihat, sudah banyak yang menganggapku dewasa. buktinya aku selalu saja disalahkan. aku selalu menjadi tersangka. seakan-akan itu semua karena aku.
“aku masih kecil. bukankah anak kecil tidak bisa disalahkan?”
mungkin itu adalah diriku yang dulu
walaupun sekarang masih kecil tetapi saat ini bukanlah waktunya untuk memikirkan hal-hal yang katanya itu hanya untuk orang-orang ‘baru’. berusaha menyalahkan, menunjukkan diri bahwa aku yang benar, dan tentunya tidak mau disalahkan. iya, aku memang kecil. sebaiknya aku akan membiarkan diriku diterpa banyak cobaan, dihadang ragam omongan, ditantang berbagai rintangan.
aku ingin meminta maaf kepadamu. kepada al-quran yang telah kubuat merasa iri dengan hal lainnya yang lebih sering kubaca. kepada kumandang azan yang kuacuhkan sedangkan jika ada yang membutuhkan jawaban, aku dengan mudah memberikannya. kepada malaikat-malaikat yang membangunkanku di sepertiga malam karena pada akhirnya aku lebih memilih mengerjakan tugas. kepada sajadah cinta yang terus memanggil dan aku hanya sekadar memenuhi kewajiban untuk menyambutmu. dan kepadamu yang sering mendapat omelan dariku. ah betapa kejamnya diriku. banyak sekali kesalahan yang sudah kuperbuat. apa tidak apa-apa jika aku memberikan alasan karena diriku yang kecil?
ternyata menjadi polos dan lugu itu menyenangkan. bisa belajar bagaimana meredam emosi, bisa belajar kapan waktu yang tepat untuk menutup mata lalu mengucap kata lillah, bisa belajar bahwa aku bukanlah makhluk yang semudahnya saja menyalahkan orang lain, menggap diri benar, dan tidak mau disalahkan. kita sama-sama makhluk yang berpijak di bumi. walaupun begitu, aku sudah melakukan banyak kesalahan. apa mungkin lebih baik begini: aku memang kecil. sepertinya lebih baik semua kesalahan diberikan kepadaku, akan kubuat menjadi kecil seperti diriku.
jadi ingat kata bunda,”nak ingatkah kamu bahwa itu semua adalah kamu yang memilih. kamu hanya perlu menghadapinya dengan lapang dada. meningkatkan kesabaran. menjaga agar hubunganmu dengan Sang Pencipta tetap baik. bunda tahu kalau kamu lebih tahu. justru bunda banyak belajar dari kamu nak. lihat saja, bunda yakin kamu akan berada didepan dengan keteguhan hatimu dan jiwa besarmu.”
sayangnya malam sudah semakin larut.
terimakasih untuk Tuhanku, Alloh yang sudah berbaik hati, menampung segala keluhanku.
Inna ma’al ‘usri yusro. fainna ma’al ‘usri yusro


Jatinangor, 1 November 2014
20.22 (UT+7)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

error: Content is protected !!