-
Ada Apa dengan Perempuan? (Bagian 1: Perempuan dan Lingkungan)
Sebetulnya sudah lama aku ingin menulis tentang perempuan dan lingkungan. Khususnya sebagai perempuan dan ibu rumah tangga seringkali membahas tentang perempuan sendiri menjadi hal yang tabu, pemikiran liberal, dan berujung “ya sudahlah terima saja memang seharusnya begitu” sehingga untuk menyenggol bahkan sedikit mendiskusikannya saja buru-buru untuk diberhentikan. Atau mungkin ga banyak orang sadar tentang mengapa bumi dijuluki sebagai Mother Earth bukan Father Earth? Sebelum membahas tentang perempuan dan kaitannya dengan lingkungan, aku mau mencoba membahas tentang perempuan itu sendiri. Mungkin ga akan mendetail dan bahasannya dibuat seringan mungkin biar sedikit paham tentang fenomena perempuan khususnya di pedesaan karena pengamatanku selama ini yang hidup di pedesaan. Meski akan cenderung membahas perempuan…
-
Sumber Informasi dari Selebgram atau Ahli, Mana yang Lebih Kita Percaya?
Sebelumnya aku menulis tentang mengapa manusia cenderung hanya mendengar apa yang ingin dia dengar. Kemudian pertanyaan selanjutnya, apakah informasi yang hanya ingin didengar memiliki sumber yang akurat. Mungkin iya, mungkin lebih banyak tidaknya. Di masa digital seperti ini, keakraban kita dengan media sosial membuat kita menjadi bias terhadap siapa yang menyampaikan. Kalau dati teori disonansi, tentu saja kita akan berupaya untuk membenarkan apa yang kita percaya atau yang kita telah lakukan. Sayangnya kita masih terjebak secara sadar maupun tidak sadar terkait sumber informasi yang kita pilih untuk pecayai. Ketika seorang ahli yang biasanya mungkin tidak sering muncul di media sosial (dibanding selebgram), maka saat ia menyatakan sesuatu akan diragukan kebenarannya.…
-
Mengapa Manusia Cenderung Enggan Melakukan Perbaikan atau Bahkan Perubahan?
Pagi ini, aku akan membuat tulisan tentang opiniku bagaimana melihat kondisi masyarakat dalam menentukan pilihannya pada studi kasus pemilu di Indonesia. Sebuah refleksi diri mengingat ini adalah ketiga kalinya aku menjadi peserta pemilu. Pertama kali ikut pemilu, sebetulnya tidak merasa “ada apa-apa” karena masa itu arus informasi yang terbatas pun aku yang tidak berusaha untuk mengetahui profil para capres maupun cawapres. Ingat betul bagaimana aku memilih berdasarkan partai yang sejak dulu dipilih oleh masyarakat di sekitar tempat tinggalku. Jika dilihat pada kondisi periode pemilu 2019 dan 2024, akses informasi menjadi sangat mudah. Arusnya pun tak terbatas. Maka setiap dari kita mungkin mayoritas akan memilih untuk membaca atau mendengar yang ingin…
-
Keresahanku Terkait Konstruksi Sosial Terhadap Pendidikan Anak TK-PAUD
“Wah hebat ya anaknya sudah bisa menulis…” “Anaknya Bu Siti jago euy udh bisa baca..” “Itu loh si Dila, penjumlahan puluhan udah bisa..” lalu si A, B , C sampai Z diberi nilai oleh kami para ibu-ibu yang sedang berkumpul. Cerita ini aku samarkan tapi nyata adanya. Menurutku tidak hanya dialami olehku secara berulang tiap hari, minggu, bulan, bahkan tahun ajaran lewat pun obrolan seperti ini selalu ada. Kemudian saat bubar dan kembali ke rumah masing-masing. Kami Ibu-ibu jadi terbawa perasaan, kepikiran, kesal, dan akhirnya keresahan itu terlampiaskan ke anak-anak kita. Halo, Aku seorang Ibu dengan dua anak. Anak pertamaku kini kelas TK B berusia 6,5 tahun. Anak keduaku kini…
-
Ibu Rumah Tangga Lanjut Studi Magister, Kenapa Tidak?
Apakah mungkin kita sebagai Ibu Rumah Tangga dan punya impian untuk dapat melanjutkan studi magister? Pertanyaan ini seringkali menjadi kendala dalam diri. Bagi sebagian orang mungkin tidak asing dengan pertanyaan ini yang pada akhirnya menjadi penghalang kita sebagai perempuan terutama, harus mengesampingkan, menunda, atau bahkan melupakannya dan akhirnya menguap. Keluh kesah menjadi seorang ibu rumah tangga itu sepertinya ga akan ada habisnya. Tiap dari kita pasti punya ceritanya masing-masing. Entah itu kontruksi sosial yang membuat stigma bahwa perempuan tidak perlu berpendidikan tinggi karena pada akhirnya hanya mengurus rumah. Perempuan seharusnya di rumah saja mengurus suami, anak, dan rumah. Kemudian muncul pula celetuk-celetuk tetangga, “Emang mau kerja apa sih kok harus sekolah…
-
Perkenalkan!
Pernah mendengar cerita tentang sesuatu yang paling mudah dilupakan? Ia selalu membersamai kita tapi tidak dirasa kehadirannya. Saking lupanya, lama-lama ia sekadar formalitas untuk singgah menyapa, meski tau betul bahwa tidak akan dianggap. Ia berbakti menjalankan tugas dari Sang Penguasa untuk terus berada di sisi kita. Perkenalkan, ia adalah apa yang kita sebut “kebaikan”. Setiap ia hadir, seringkali kita tersipu malu dibuatnya. Belum lagi radar tubuh terlukis jelas menyambut setiap kehadirannya. Kebaikan ini tak pernah letih untuk menemani. Dimulai dari yang mungkin berdurasi kurang dari 5 menit, 30 menit, sampai berjam-jam, kebaikan datang lagi dan lagi. Selain membuat hari-hari jadi lebih indah, adanya kebaikan ternyata membuat nafsu makan kita meningkat.…
-
Hati di Musim Kemarau
“Tentang hari yang tak letih-letihnya menyaksikan kami saling mengalihkan pandangan. Rasanya kesal dan sesal. Dia yang mulai, tapi kenapa harus aku yang menunggu? Tentang angin yang terasa menusuk di di punggung. Buatnya, mungkin aku terlalu banyak mengeluh. Menginginkan ini dan itu, juga lagi dan lagi. Dia yang salah, tapi kenapa aku yang disalahkan? Berhari-hari seakan dalam penantian yang telah diketahui akhirnya. Untuk apa berharap bila tidak ada yang berusaha? Berdiam untuk menemani pun menjadi salah. Tak ada kata yang ingin diucapkan. Mungkin dia bingung, dan aku sudah terlanjur lelah. Sampai sekarang kamu masih tidak mau mengerti.” Tulisan ini hanyalah untaian putus asa yang tak berpemilik. Semakin lama diingat, semakin panjang…
-
Cerita Jumat Sore
Hujan sore ini, bertepatan dengan hari jumat, membuatku berdoa lebih kencang tentang impian yang ingin kulakukan di usia 30 tahunku. Ternyata keputusanku untuk sekolah lagi di pascasarjana mebuatku lebih kritis dalam melihat peluang. Semacam menemukan getaran yang mendebarkan saat menerima “sesuatu yang baru” dan semakin menyenangkan lagi saat aku yakin atas apa yang ingin kulakukan bersama keluarga kecilku. Dari sekian banyak materi yang disampaikan, ada satu perkuliahan yang membuatku gamau skip setiap kata sedetik pun yang terucap dari pak dosen mata kuliah Good Agriculture Practice-Pertanian Terpadu. Mata kuliah ini bisa temen-temen temui di pascasarjana program studi Biomanajemen ITB. Dari sini banyak sekali insight tentang praktisi pegiat tanaman khususnya pertanian, bahkan…
-
Ikan dan Bioflok
Dalam budidaya ikan tentu ikan membutuhkan pakan dalam pertumbuhannya. Seringkali pakan/pelet yang diberikan di kolam menjadi limbah karna tidak termakan. Limbah pakan tersebut menjadi ammonia di perairan yang dapat menurunkan kualitas air. Selain itu, ammonia pun juga dihasilkan dari ekskresi ikan itu sendiri. Teknologi bioflok diaplikasikan untuk mengubah limbah ammonia menjadi biomassa mikroba yang dapat dijadikan sebagai pakan alami di perairan dengan bantuan bakteri heterotrof. sehingga adanya bakteri ini mampu menjaga kualitas air, meminimalisir pergantian air, peningkatan retensi protein, peningkatan sistem imun, serta penurunan biaya produksi terutama biaya pakan. .Prinsip dasar bioflok yaitu mengubah senyawa organik dan anorganik yang mengandung senyawa karbon (C), hydrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N) dan sedikit fosfor…
-
Potensi Mikroba Extremophiles
Meski relatif tidak lebih populer dibanding organisme multiseluler seperti tumbuhan dan hewan, mikroba extremophiles merupakan salah satu khasanah biodiversitas yang sangat penting. Mikroorganime termofil dapat menghasilkan enzim termostabil seperti amilase, protease, selulase, xilanase, pululanase, dan sejenisnya. Enzim ini sangat dibutuhkan oleh berbagai industri makanan, farmasi, maupun kertas. Bahkan enzim ini mampu mendegradasi polimer. Sehingga tentu mampu membantu dalam pengolahan limbah/sampah plastik. Berbagai proses industri seperti penguraian limbah agrikultur menjadi gula sederhana, pemutihan kertas, dan pembersihan kain di industri tekstil akan meningkat efisiensinya jika dilakukan pada suhu tinggi. Proses-proses tersebut umumnya membutuhkan berbagai bahan kimia berbahaya seperti asam dan senyawa oksidatif yang memiliki efek negative pada kesehatan dan lingkungan. Enzim termostabil dapat…
-
Permafrost dan Climate Change
Permafrost merupakan singkatan dari “permanent frost” yaitu istilah yang merujuk pada lapisan tanah yang selalu berada di bawah titik beku selama sekurang-kurangnya 2 tahun. Istilah ini mulai diperkenalkan sejak tahun 1940-an. Meskipun kadang dianggap “marginal” atau “kurang bernilai guna”, kasus “ancient giant virus” dari permafrost menunjukan dampak yang dapat terjadi jika permafrost mencair. Perubahan iklim disebut karna adanya perubahan komposisi atmosfer global dalam periode waktu yang lama. Adapun komposisi atmosfer tersebut disebut sebagai gas rumah kaca. Gas rumah kaca di atmosfer berguna untuk menjaga suhu bumi tetap stabil. Namun, konsentrasi Gas Rumah kaca yang semakin meningkat membuat lapisan atmosfer semakin tebal. Penebalan lapisan atmosfer tersebut menyebabkan jumlah panas bumi yang…
-
Hari Bumi 2021 – Restore Our Earth
Hari Bumi 22 April 2021 mengambil tema penting pada kampanye tahun ini yaitu Restore Our Earth (Gambar 1) – Pemulihan Ekosistem Bumi yang fokus pada tiga aspek penting yaitu proses-proses alami (natural process), teknologi hijau (emerging green tech), dan pemikiran inovatif (innovative thinking). Memulihkan berarti mengembalikan ke kondisi semula. Lebih dari 192 negara ikut berpartisipasi dalam kegiatan ini. Sesuai yang dilansir pada website www.earthday.org bahwa dengan adanya tema ini tentu menolak gagasan bahwa mitigas atau adaptasi adalah satu-satunya cara dalam mengatasi perubahan iklim. Ada tiga aspek penting yang perlu kita lakukan, karena memulihkan ekosistem bumi/dunia bukanlah sebuah pilihan, namun sebuah keharusan. Proses-Proses Alami (Natural Process) merupakan bentuk alamiah atau proses-proses alami dan interaksi…