-
Ungkapan Syukur
Terkadang kita lupa bagaimana cara bersyukur. kita terlena dengan apa yang didapatkan hingga lupa apakah kita sudah bersyukur dengan cara yang baik? Ada beragam cara untuk mengungkapkan rasa syukurnya. Misal, seorang pelajar yang sudah diterima di kampus idamannya. Menghasilkan nilai yang baik saat ujian adalah cara bersyukur. seseorang yang mendapatkan rezeki berlebih. Maka sedekah adalah cara bersyukur yang terbaik. Dan masih banyak lagi contoh-contoh lainnya. Lalu, bagaimana dengan seseorang yang sedang dianugerahi rasa cinta? Maka menjaga dan bersabar adalah cara bersyukur yang terbaik. Nasihat siang bersama ustad AR ^^ Solo, 8 November 2015
-
Percakapan Sunyi
ada saat dimana kita berada dalam sunyi, menyelami alam pikiran, menggali jauh, memperhatikan orang sekitar, hingga akhirnya bercermin pada diri. aku ingat betul, ketika itu kita berada di keramaian. orang bercuap-cuap memamerkan keadaan. bunyi klontang-klanting dimana-mana. dan kamu menjadikan suasana itu menjadi sunyi dalam sekejap. “mungkin enak ya jika aku mengalami hijrah. bias merasakan bagaimana hati meminta kita untuk belajar tentang agama kita. berhijab yang baik, memahami dengan rinci setiap langkah-langkah kebaikan yang kita ambil.” begitu katamu dengan suara lirih. “maksudmu?”aku bertanya ragu. “ya gitu deh.”jawabmu ikut ragu. “aku juga begitu.”lanjutku. “aku juga instan kok. sekolah pakai jilbab. liat teman pakai rok, juga jadi pingin ikut pakai rok. dikasih pelajaran…
-
Tulis (n;v)
Menulis bukan sekadar tentang membeberkan perasaan merah jambunya, meluapkan emosi maupun menumpahkan kesedihan. tetapi lebih dari itu. menulis adalah salah satu bentuk gerakan. ia menggerakkan otaknya untuk bekerja, menggerakkan jari-jarinya agar tidak lemah, dan semacam menggerakkan seluruh jiwa raganya untuk menghadirkan ‘aura’. Lalu penulis pada dasarnya ahli hipnotis. Ia hipnotis pembacanya untuk ikut merasakan apa yang dirasakannya dan menyadarkan bahwa tulisan tercipta karena dilahirkan: entah dari peristiwa yang memang nyata adanya atau berharap agar menjadi nyata keberadaannya. Bagiku, penulis adalah seorang pemberani. Baiklah, kalau kamu tidak setuju tidak apa-apa, itu bukan urusanku. Solo, 12 Oktober 2015 23.36 wib
-
Sekilas Tentang Jumat
Tentang Jumat yang banyak sekali orang berbahagia karena kedatangannya. Katanya, kalau Jumat sudah datang maka esok adalah hari libur atau mungkin secara emosional ketika Jumat tiba maka pasti ada kebahagiaan. Yang kutahu bahwa hari ini terasa singkat, aktivitasku tidak terlalu banyak, pulang cepat, dan yang paling penting di hari inilah aku bisa melihat banyak lelaki tampan: berbondong-bondong melangkah menuju masjid; wajah basah terbasuh air wudhu; dan memakai koko rapih. Apakah hari Jumat akan menjadi hari bahagia untuk kita? -dan kamu mengangguk setuju-
-
Pada Mulanya
Pada mulanya kita adalah sosok yang tidak pernah mengenal. tidak ingin peduli, tidak juga ingin mengetahui. aku jauh disini begitu juga dengan kamu. kita tidak tau bagaimana cara untuk memulai. seakan-akan halaman buku yang bernama perasaan tersusun secara tidak beraturan, bercampur aduk, dan semrawut. ‘ah aku semakin sulit untuk mendefinisikan arti semrawut’ Pada mulanya aku adalah sosok yang paling suka mengabaikan hal-hal dari yang sepele hingga rumit sekalipun. aku akan menjadi perempuan jutek nomor satu jika dihadapkan dengan seseorang yang mulai mendekat: semacam ingin membuat buku bersama mungkin (?). dan aku selalu berhasil membuat mereka lelah. Pada mulanya kamu adalah sosok yang pandai sekali bercerita. semua yang ada pada dirimu selalu berhasil menghipnotis banyak…
-
Bintang Itu
Tidak peduli apa dan bagaimana bentuk bintang: segilima, segienam, segitujuh, atau lebih dariitu-tak beraturan; kamu tetap saja hadir bersama bintang. Sama seperti saat aku membaca surat bintang (an-najm), kamu ada disana. Azifatil azifah.
-
Kamu Pernah (?)
Kamu pernah merasakan ketika sejuta kata yang telah kamu kumpulkan, seketika terangkai menjadi kumpulan kalimat tak beraturan? Ketika gumpalan prasangka menyelinap disetiap tidurmu? Ketika cemburu, khawatir, dan rasa bersalah hadir lewat didepanmu dengan lagak angkuhnya? Pernah? Kamu pernah merasakan betapa keras usahamu untuk menyusun sejuta kata tersebut hingga tersusun menjadi kalimat-kalimat yang indah? mengusir gumpalan prasangkamu, kau sapu lalu kau buang jauh-jauh dari kamarmu? membungkus cemburumu, khawatirmu, dan rasa bersalahmu: diinjak-injak, diremas-remas, dan dibakar habis bahkan tidak ada abu yang tertinggal? Pernah? Bagaimana jika kesemuanya itu akan hadir lagi: menghantuimu hingga tidurmu menjadi mimpi burukmu? Lalu apa yang akan kamu lakukan? Manusia memang suka membuat ceritanya sendiri. Membesar-membesarkannya, mengeditnya, memberikan…
-
Fajar dan Senja (2)
Sudah hari ke duapuluh satu sejak pertama kali orang-orang beramai menyambut kedatangannya. Mempersiapkan diri di waktu fajar. Melepaskan dahaga di waktu senja. Fajar. Hari ini ia biarkan semburat putih langit menjadi merah kekuningan. Langit sungguh menawan. Di ujung lautan lepas pada akhirnya mentari datang. Burung memunculkan dirinya. Bersiap untuk menyambut sang mentari. Semua bertepuk tangan. Fajar pun pergi menunggu kehadiran senja. Senja. Sejenak terhenti. Hari ini ia biarkan langit biru menjadi merah, kuning, ungu, ah apapun itu kupikir akan selalu merona. Ia biarkan ragam kegelisahan pergi. Begitu pula senja yang akan pergi setelahnya, menunggu kehadiran fajar. Maaf pada akhirnya aku telah membuatmu menunggu. (atau) Terimakasih pada akhirnya kita sama-sama menunggu:…
-
Aku, Kamu, dan Senja
Pada suatu sore, aku dan kekasihku: kita biarkan senja menjadi saksi masa kita yang tidak lagi muda. “Yah, sepi sekali di rumah. sekarang kita hanya tinggal berdua. tidak terasa kita sudah 40 tahun menikah. kulitku tidak lagi mulus seperti dulu. mau makan krupuk saja sudah tidak kuat, jumlah gigiku bisa dihitung dengan jari. ayah masih ingat dulu kita sering menghabiskan waktu bersama dengan jalan kaki. berjalan tanpa mengenal arah dan tujuan. sekadar membiarkan kaki kita terus melangkah. ayah masih ingat? bahkan sekarang, untuk sekadar berjalan dari depan rumah hingga jalanraya saja, aku tidak kuat. kita sudah tidak lagi muda ayah.” Anak-anak kecil berlari kecil kembali ke rumahnya. burung-burung pipit pun…
-
Sajak Layangan
siang ini berbeda dari biasanya. tanpa angin maupun suara, hampa. layang-layang tidak lagi menari di langit. lihat! hanya ada jeratan senar di celah-celah ranting pepohonan. sekarang aku mengerti bagaimana kerjanya. layang-layang terbang agar bisa merasakan kebebasan bersama angin. ia tinggi agar bisa melihat hamparan luas bumi. dan aku pun bawa layang-layang berlari kesana kemari agar ia tidak lupa bahwa apapun yang terjadi, aku akan selalu ada bersamanya. lalu kini…. ada yang datang. kusebut ia dengan tuan merah. mungkin saat ini tuan merah sedang tidak tinggal diam. ia ricuhkan angin. ia putuskan senar. ia buat agar yang benar terlihat salah dan yang salah terlihat benar. begitu seterusnya. aku hanya melihat dari kejauhan. perlahan kudekati, senar…
-
Biru
hari ini tidak terasa sudah genap 200 hari sejak pertama kali aku berkenalan denganmu. yang kutahu saat itu adalah pancaran aura menenangkanmu. kamu dan tatapan teduhmu membuat hari itu seketika berubah menjadi biru. “kamu suka warna biru ya?” tanyamu membuyarkan lamunanku. aku duduk di taman kampus. kurasa tempat ini sangat pas untukku terutama saat aku sedang ingin menyendiri: sibuk dengan tumpukkan tugas-tugasku. “Eh, kok tiba-tiba nanya begituan?” jawabku spontan. “habisnya, hampir semua bukumu yang aku pinjam, selalu saja ada hambar ini.” katanya sambil menunjuk sebuah gambar disudut halaman. bintang. “Oh itu. aku memang suka bintang. kata ibu, mungkin karna mengalir dari namaku. ada surat didalam al-quran yang berarti bintang, dan…
-
Lalu aku ini siapa?
Aku ini siapa? Hanya bongkahan es batu yang bila terkena panas saja langsung mencair. Aku ini siapa? Hanya duri-duri bambu yang tampaknya baik-baik saja pahal membuat orang kain terluka. Aku ini siapa? Hanya goresan tinta di kertas-kertas putih, tanpa makna dan juga tanpa rasa. Aku ini siapa? Hanya tanah lumpur yang selalu saja dihindari. Aku ini siapa? Hanya dudukan batu hitam, kotor, dan mengganggu. Aku ini siapa? Hanya bisa melihatmu dari kejauhan. Melihat tawamu, bahagiamu, dan ceriamu bila bersama orang lain. Untuk apa aku ada, bila pada akhirnya kamu harus sembunyi: diam-diam berkata bahwa kamu akan mendatangiku. Apakah itu yang kamu inginkan? Lalu aku ini siapa? Jatinangor, 20 Mei 2015…