• Sastra dan seisinya

    (si)apa Tuan Merah

    Nyanyian angin bersama alunan merdu rumput, membuat senja ini smakin menjadi-jadi. Burung yang biasanya bersuka cita menyambut senja kini entah kemana. Ada sebilah kaca dan serpihan tanda tanya yang berserakan. Mewarnai atau mengotori (?) Senja tidak selamanya akan indah, begitu kata merpati. Apa yang menurut kita indah belum tentu sama indahnya bagimu. Karna bagaimanapun juga, keindahan akan hadir saat hati, mata, dan pikiran bersama-sama memiliki rasa: iya, itu indah. Begitu juga tentang hal-hal yang biasa kita rasakan: baik, bagus, elok, cantik, tampan.  “Mengapa hanya yang baik-baik saja? Bagaimana dengan sakit? Jelek? Jahat?” Tanya adik dengan penasarannya. “Kau harus tahu bahwa disitu, disitu, dan disitu, ada tuan merah yang selalu menyertai.…

  • Sastra dan seisinya

    Anak Perempuan Ayah

    Pada suatu hari di saat senja bertandang menyambut gelombang rasa, sepasang merpati bersandar di dahan pohon besar: menatap jingganya langit senja. Mereka menikmati keindahan bersama. Saling mengepakkan sayap, berbagi sarang, berbagi harapan, berbagi keindahan, berbagi hari tua: bersama. “Ayah, kalau adik sudah besar nanti, adik jadi apa yaa?” “Loh, memangnya adik ingin jadi apa? Kan cita-cita itu ada banyak. Adik bisa mencocokkan mana yang sesuai sama keinginan dan kemampuan adik.” “Adik gamau jadi apa-apa. Adik cuman ingin hidup tua bersama ayah. Kalau ayah nanti jadi kakek dari anak-anak adik, adik jadi nenek dari cucu adik. Pusing ya yah? Pokoknya gitu deh yah. Kelak di hari tua ayah, adik ingin selalu…

  • Sastra dan seisinya

    Hujan Turun Sepanjang Jalan

    Bel pulang sekolah berdering. murid-murid SMA keluar berhamburan dari kelasnya. Langit tindak berbicara tentang waktu siang. jarum jam sudah menunjukkan pukul 14.00 WIB dan awan justru menjadi kelabu. kini kulihat warna-warni payung yang indah. ada yang berjalan pelan agar tidak terkena basahnya air hujan. ada yang berlari kecil sambil memercikkan genangan air yang dilewatinya. ada pula yang berdiri dengan payung ditangannya-menunggu seseorang yang dinanti kehadirannya. sedangkan aku, berdiri dan bersandar pada dinding sambil menatap rintik hujan: berharap menggenggamnya. Aku mengeluarkan secarik kertas yang Bunda berikan tadi malam. katanya, “Nak, ingatlah untuk membaca tulisan ini saat kau menatap hujan.” hujan turun sepanjang jalan hujan rinai waktu musim berdesik-desik pelan kembali bernama sunyi kita pandang: pohon-pohon diluar…

  • Sastra dan seisinya

    Jalan Panjang

    hujan pergi meninggalkan jejak rintiknya. ia bawakan segengam kisah dan rindu menatap suka maupun duka. rintik demi rintik diberikannya makna dan tanda. awan kelabu menyaksikan peristiwa demi peristiwa. (mungkin) ini sudah saatnya. “Bunda, apa benar ini karena aku? kenapa mereka begitu tega terhadapku?” kubertanya sambil menundukkan kepala. “Nak, pernah mendengar tentang kisah bisikan rahasia tentang masa depan?” “memangnya ada yang seperti itu bunda?” “Tentu ada. namun terkadang kita yang kurang memahami. kita masih enggan untuk sedikit membukakan telinga untuk mendengar bisikan itu. padahal rahasia masa depan itu jelas adanya.” “Bunda pernah mengalami hal itu?” Bunda tersenyum. Ia membelai rambutku begitu lembut. aku masih menundukkan kepala. sesekali air mata keluar dan jatuh…

  • Sastra dan seisinya

    Hadapilah

    uraian kata menjadi makna. ungkapan makna menjadi bait-bait indah yang mewarnai isi hati. ada beberapa hal yang tanpa disadari, kita begitu mudah mengucap kata ‘terlanjur’. terlanjur baik, terlanjur jahat, terlanjur sedih, terlanjur bahagia, atau justru terlanjur cinta. banyak dari kita yang pada akhirnya menyalahkan istilah terlanjur. seakan-akan hal itu adalah hasil dari keputusan yang terburu-buru. apa betul begitu? kita terburu-buru untuk memilih menjadi baik? atau terburu-buru menjadi jahat? mungkin karena kita yang kurang sensitif, bahwa sebenarnya keputusan terburu-buru yang kamu bilang itu adalah sebuah komitmen yang kamu pilih untuk dipegang dan dijaga. bukan berarti menjadikan objek untuk disalahkan. ia ada karena kita yang memilih, bukankah begitu? “ibu.. lihat, disekeliling kita…

  • Sastra dan seisinya

    Senja dan Fajar

    suatu hari senja hadir tanpa adanya tanda. ia datang bersama kumpulan awan gelap dan gemuruh suara tak beraturan. burung dengan sekejap bersembunyi dibalik pepohonan. kumbang, belalang, menanti dibawah ilalang. tak seperti biasanya senja seperti ini. mondar-mandir, meniup atau memanggil awan untuk menutupinya. lalu fajar dari kejauhan menatap senja. walaupun (mungkin) senja tidak pernah menyadari tetapi begitulah fajar. ia akan terus memperhatikannya, menunggunya, meski harus dari kejauhan. ia yakin bahwa akan datang waktu yang tepat untuk bertemu antara senja dan fajar. sedangkan matahari menyaksikan tingkah mereka berdua. kata matahari pada fajar, “biarkanlah senja. biarkanlah ia berpikir: merasakan betapa besarnya perjuangan. bukankah begitu seharusnya? tetap dalam penjagaannya untuk meraih suatu kemuliaan. percayalah…

  • Sastra dan seisinya

    Alam dan Anak Kecil

    apa yang selama ini orang ributkan ketika dunia tidak lagi berkompromi dengan kita? ketika diam-diam sekeliling tidak lagi memberikan kita dukungan? ketika semua yang kita kobarkan ternyata sia-sia: tidak ada lagi yang peduli. “dunia itu pelik”, begitu katanya. ada banyak hal yang terkadang tanpa sadar kita tidak tau, mana yang sebenar-benarnya kenyataan atau hanya sekadar pura-pura. setiap hari, jam, menit, detik; aku perlahan menilik alam dan anak kecil. tentang daun yang yang menari-nari bersama angin. tentang pohon yang bersiul bersama burung. tentang air yang berlari bersama arus. begitu juga dengan anak-anak kecil yang duduk bersama rumput. ah, seandainya dunia yang kutau hanyalah tentang mereka. menjadi alam atau menjadi anak kecil.…

  • Cerita Sekolah

    Al-Khawarizmi: Tentang Wanita

    Kutiru ahli astronomi & matematika muslim ternama: “Al-Khawarizmi” Muhammad bin Musa Al Khawarizmi adalah ilmuwan matematika penemu bilangan nol. Ia lahir di Khawārizm (Khiva, Uzbekistan) sekitar tahun 780. Karenanya ia dikenal sebagai Al-Khawarizmi. Al-Khawarizmi juga disebut sebagai Bapak Matematika atau Bapak Aljabar. Sebab, aljabar yang hingga kini digunakan berasal dari bukunya, Al-Jabar. Buku karyanya itu membahas solusi sistematik dari linear dan notasi kuadrat. Selain ahli matematika, Al-Khawarizmi juga ahli astronomi dan astrologi. Suatu hari, Al-Khawarizmi ditanya tentang calon istri terbaik. Penemu bilangan nol ini kemudian menjawab dengan menggunakan rumusnya. “Agama itu nilainya 1, sedangkan hal lain nilainya 0. Jika wanita itu shalihah dan baik agamanya, maka nilainya 1 Jika dia…

  • Sastra dan seisinya

    Kisah Waktu

    teruntuk jarum jam, sekalipun banyak yang bilang bahwa kamu ini lambat, tetapi tidak bagiku. begitulah caramu. menghampiri satu-satu begitu lambat tetapi tenang. kamu abaikan semua yang ada dihadapanmu. sekalipun kamu tertinggal tapi dengan yakin bahwa langkahmu tidak akan pernah sia-sia. sehingga pada akhirnya kamu akan datang dan sampai kepada seseorang yang ingin kautuju. teruntuk jarum menit, kamu selalu begitu. sekadar berkata bahwa kamu ada diantaranya. tidak cepat-tidak pula terburu-buru. entah aku pun tidak mengerti cara apa yang ingin kamu lakukan. cukup sedang-sedang saja kah? atau…… ya, mungkin begini cara kerja yang telah kamu rancang untuk masa depanmu. teruntuk jarum detik, ah! cepat sekali dirimu. dengan sigap kamu kejar apa yang ingin…

  • Sastra dan seisinya

    Perihal Sebuah Kekuatan dan Ketegaran

    ada yang namanya pagi setelah malam. ada pula yang namanya lapar setelah kenyang. begitu seterusnya, membentuk sebuah hubungan yang terkait. jika setelah ‘ini’ ada maka ‘itu’ akan mengikuti. katanya aku adalah orang yang tidak pernah diam di sekolah. selalu saja membuat suasana ruangan kelas menjadi hidup. entak baik ataupun tidak yang jelas sekalinya aku terdiam maka suasana kelas seakan tidak hidup seperti biasanya. bukankah pernah kamu melihat aku termenung? mengendap-endap dalam kebisuan. sedangkan ketika kamu datang dan menyapa maka aku akan menyiapkan segala cara membentuk raut wajah. tersenyum atau membalasnya dengan sangat dan sangat bahagia. sama halnya saat kamu mengejutkanku, maka aku sudah siap. siap dengan raut wajahku yang tersentak kaget. kalau…

error: Content is protected !!