-
Bersama
kamu terlalu banyak tahu tentang diriku. ya sesaat aku terhenti. aku ingat akan banyak hal. kamu memang teman terdekat yang kupunya. banyak yang berkata bahwa aku dan kamu-bisa saja kita bersama suatu saat nanti. barangkali mereka benar. dan ternyata aku berusaha untuk mengangguk setuju, membenarkan apa yang mereka katakan. ah sudahlah. sekalipun kita tidak berjodoh atau bahkan alam berkata lain. semoga saja aku menerimanya. dan memang itu yang seharusnya kulakukan bukan? aku pernah mendengar kisah antara Ali dan Fatimah. jujur saja, aku masih belum dapat memahami pertemuan mereka. bagiku, itu terlalu indah untuk dijadikan sebuah novel. ah aku terlalu berandai-andai. menciptakan sebuah kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti. mengapung atau melayang. “Ali,…
-
Tuan Merah
aku duduk terdiam di sebuah ruangan. kupikir hanya aku disini. tapi ternyata ada sosok lain yang tidak aku ketahui. tuan merah di dimensi berbeda. barangkali aku terlalu bangga dengan perkataanku sendiri. atau aku terlalu membuat-buat-memaksakan agar ini tetap terjadi. sepertinya saat ini tuan merah sedang merayakan sebuah pesta. tertawa terbahak-bahak melihatku. aku akhirnya terjebak dalam lingkaran yang dia buat. hai tuan merah! apa boleh aku bertanya untuk memastikan sesuatu. jujur saja-wanita paling suka mengetahui sebuah kepastian. kamu terlalu jujur. menunjukkan kemenanganmu. ah sepertinya memang begitu. kamu, tuan merah benar-benar berpesta. silakan lakukan semaumu. aku memang bodoh. kuucapkan selamat untukmu! selamat atas keberhasilanmu. hai tuan merah! sekalipun aku memang jahat. ada…
-
(?)
saat hujan menjadi yang ketiga diantara kami, dan hujan membiarkan obrolan kami semakin jatuh dan jauh. kupikir hanya angin yang berani bertingkah seperti itu. angin yang selalu menyusup di setiap obrolan umat. namun kini, nampaknya hujan akan ikut campur. dan untuk saat ini, aku tak tahu apakah hujan akan memihakku ataukah memihaknya-dia yang kupikir telah dewasa dan menepati janji-janji dewa. “pembawaannya menyejukkan.”ya itu kata mereka. dan aku mengangguk berasumsi bahwa itu benar. selama angin menemani hidupku, aku tak pernah menyangka hal ini dapat terjadi. apa mungkin, aku yang terlalu berekspetasi besar dengan segala ke-idealisan yg kupunya? entahlah, aku justru berayukur memiliki ini. berharap agar tetap berada dalam ke-idealisan sesuai kadarnya.…
-
16 Juni
“……kamu lagi ngapain? sehat kan? sehat iman?” pertanyaan-pertanyaan itu sering terlontar diantara kita. antara aku dan kamu. kamu masih ingat awal perjumpaan kita? jujur saja aku lupa. aku memang tak pandai mengingat kapan sebuah momen itu terjadi atau bahkan mengingat nama sesorang saja cukup sulit bagiku. yang aku ingat hanyalah dimana awal perbincangan kita saat aku dan kamu sama-sama sedang merajut nama dan logo angkatan sebagai salah satu tugas ospek mahasiswa baru dulu. apa kamu ingat? awalnya aku tak mengira kalau sekarang kita akhirnya bisa saling berbagi. aku pun tak ingat kembali bagaimana kelanjutan dari kisah awal mula perkenalan kita saat itu. mungkin bagimu tak penting. walaupun sampai sekarang aku…
-
Taat
hai langit. hai bintang. hai angin. hai hujan. hai orang-orang langit! malam ini aku mendengar dendangan lagu melalui tepukan rebana. anak-anak itu. rasanya senandung “tola’al badru..” sudah lama tak kudengar. aku merasakan kebahagiaan mereka. sambutan kedatangan untuk sang pembawa cahaya, pemecah kegelapan. kalau tidak ada para kaum dulu, mungkin tidak ada kaum sekarang. itu kata orang disana. sebenarnya kita kaum yang sama. mau dulu ataupun sekarang, kita umat nabi. kebayang betapa luar biasanya beliau, bahkan saat detik-detik terakhir menginjakkan kaki di bumi, beliau masih sempat mengkhawatirkan kita agar menjadi umat yang taat. umat di masa depan. sekarang? masih layakkah kita disebut sebagai umat? sebenarnya mudah. taat. itu cukup menjawab pertanyaan.…
-
Sami'na wa Atho'na
aku bertanya,”mengapa aku-yang sampai sekarang masih tetap ingin dan bersikeras untuk dekat denganmu? dan mengapa harus kamu? kamu boleh bilang aku bodoh. namun kalaupun akhirnya kita ditakdirkan bertemu dan merajut kenangan bersama, bagiku itu adalah hadiah terindah karna akhirnya aku bisa menjadi makmum-kamu. sami’na wa atho’na.” Sumedang, 14 Juni 2014 20.03 (UT+7)
-
cinta dan unsur hara
“sekiranya cinta memang sudah seperti itu sejak dulu, aku tak pernah menyerah untuk berada di sekitarmu walau itu hanya sebagai bayangan. melihatmu saja aku sudah senang apalagi berbicara denganmu? setidaknya aku bersyukur masih memiliki rasa ini.” mungkin banyak orang yang beranggapan ketika berbicara tentang “cinta” semua mengaitkan tentang adam dan hawa. dimana sebuah cinta akan datang hanya dalam sepersekian detik. namun bagiku tidak begitu. cinta itu luas kawan. mau bagaimanapun juga cinta diatas semua kasta ya cinta kepadaNya. ketika kamu berbicara tentang defisiensi unsur hara pada tumbuhan maka itu semua sama. kamu sebagai tumbuhannya dan cinta sebagi unsur haranya. tumbuhan membutuhkan unsur hara dan kamu membutuhkan cinta. percaya atau tidak…
-
langit tak pernah membenci angin
“terserah apa katamu. terserah apa maumu. mau aku jelek atau pun buruk rupa, setidak nya aku memesona di hadapanNya” katamu. “hei kamu. disini aku juga punya sesuatu. mungkin sesuatu yang tidak kamu miliki. aku memang tak sempurna. siapa bilang kalau aku serba tahu. kamu terlalu banyak berharap padaku. atau aku yang meremehkanmu?” kebodohanku. “sedangkan aku berada di tengah langit dan angin. entah abu atau hitam. sama-sama tak dapat kumengerti. walau sudah dipaksakan tetapi tetap saja sama. kamu boleh beri sebutan untuk itu. padahal langit tak pernah membenci angin” antara-katamu dan-kebodohanku. sebut saja apapun itu! kupikir sebenarnya kita sama. untuk apa saling membenci? Sumedang, 13 Juni 2014 16.59 (UT+7)
-
untukmu
belajarlah dalam kesabaran Ayub berjalanlah bersama keberanian Ibrahim Bacalah semesta melalui kecerdasan Sulaiman taklukan angkuh dunia dengan ketangguhan Musa himpunlah semua kebijaksanaan Yakub katakanlah kebenaran semerdu suara Daud kasihilah sesama sepenuh cinta Isa lalu masukilah kebeningan dirimu bersama ketakwaan Muhammad -Fahd Djibran “Perjalanan Rasa”
-
Flip Flop
flip flop kubiarkan kamu meloncat. menari kesana kesini. berpindah dari yang satu ke yang lain. antah berantah. tersebar. berserakan. sekalipun kamu jauh, aku tetap disini. flip flop kamu seperti orang-orangan di membran sel. kusebut flip flop karena kamu suka sekali berpindah. kupikir kamu juga begitu. senang atau pun sedih, kamu masih mampu untuk berpindah. flip flop. sekiranya aku bercerita dan kamu tidak mendengarkannya, kuyakin kamu pasti memahami. mungkin kamu tidak suka dengan diriku atau kamu berusaha untuk menyukaiku. dalam hal apapun. hei tak usahlah kamu berpikir jauh-jauh. ini untuk kamu yang merasa saja. entah adam ataupun hawa. terserahlah. kuharap flip flop yang kamu lakukan segera berakhir. Sumedang, 10 Juni 2014…
-
Cahaya Rindu
bertanya pada sesuatu yang tidak pasti. memahami sebuah arti. sebenarnya definisi rindu itu seperti langit yang tak pernah membenci angin. aku yakin sejauh apapun kita merindukan seseorang, tak pernah seperih kita merindukan sang pembawa cahaya. cahaya pemecah kegelapan. hei kamu, apa saja yang kamu lakukan untuk memeluk rindu? kalaupun rindu itu perih, apa kamu berani untuk berbicara? kupikir pasti kamu hanya membiarkan penamu menari diatas kertas. atau mungkin hanya aku yang seperti itu. untukmu, apa kamu merasakan apa yang saat ini sedang kurasakan? apa kita saling memeluk rindu walau kita berada di dimensi yang berbeda. ada orang-orang langit didekatku. aku bersyukur masih bisa merasakan rindu pada sang pemecah kegelapan. sang…
-
Ada yang hilang
kupikir cinta itu penuh sensasi. cinta tak mudah didapat apalagi ditemukan. kupikir yang ini berbeda. cinta yang memukau. mungkin jika aku tak mengenal cinta, aku bisa aaja tak seriang saat ini. bukan cinta antara adam dan hawa. namun cinta yang lebih indah, manisnya seperti coklat ditabur gula. ya cinta antara guru dan murid-muridnya. kupikir hari itu adalah hari paling sendu yang pernah kualami. saat semuanya benar-benar redup. dan aku tak lagi memahami apakah ini benar atau tidak. apakah ini ujian atau aku memang harus belajar untuk lebih tabah. belajar merelakan karena di dunia ini tak ada yang abadi. dan aku percaya itu. hanya akhirat lah yang keabadiannya tak dapat diragukan.…