• Sastra dan seisinya

    ajak

    tak usahlah berat-berat berkata. “mengajak” itu beragam caranya. ketika kamu berbagi, sebenarnya itu juga mengajak. membuat orang lain yang mendengar cerita-ceritamu, melihat perilakumu tanpa diaadari akan ikut ter-ajak. nah, kenapa kamu harus repot-repot untuk memberatkan sebuah makna dari “mengajak”? ketika kamu menebar kebermanfaatan, menebar senyum, menebar keceriaan, ah apapun itu, aku yakin sebenarnya itu juga mengajak. membuat orang lain ikut merasakan manfaat itu apalagi jika menyalurkan ke yang lainnya. membuat orang ter-ajak untuk membalas senyuman. membuat orang ikut ceria sehingga disekitarmu, sekitarnya, sekitar mereka, semua ceria. bukankah itu juga “mengajak”? Sumedang, 07 Juli 2014 20.09 (UT+7) memaknai lebih sebuah arti walau itu hanya sebagian kecil. ya mungkin #ramadhantentang cintadankeberkahan

  • Sastra dan seisinya

    tertawan

    akhirnya aku tahu bagaimana rasanya-ketika banyak yang menyebutnya sebagai “tertawan”. saat aku dan temanku. sebagai orang yang pertama kali. mewujudkan rasa ingin tahu. memburu waktu sholat maghrib. mengejar agar tidak sampai pada keterlambatan. adzan berkumandang. dan hari ini kita berbuka yang benar-benar sebagai pembuka. awal ramadhan. bis belum juga datang. atau mungkin memang tidak akan datang. sudah hampir stgh jam kita menunggu. dan akhirnya terbentuklah sebuah keputusan. tak ada bis, elf pun jadi! batin kita. hingga akhirnya dengan percaya diri, sebagai anak cucu yang untuk pertama kalinya menaiki elf- kendaraan “murah” yang selalu penuh sesak tak hanya dengan orang namun juga asap rokok yang berstatus tidak tahu malu menyelinap ke…

  • Sastra dan seisinya

    Juni

    bukan cinta namanya kalau kamu masih mampu mengkalkulasikannya. cinta memang tak butuh kata “karena” ataupun “tersebab”. ia mengalir begitu saja. pernahkah merasakannya? memang benar. apapun yang dikata. apapun yang terjadi. tak ada yg lebih bijak dari hujan di bulan juni. dan kini, di bulan ini, akan berakhir. mungkin terhapus semua jejak yang dibuatnya. apa kamu rela?-Sapardi Joko Damono Sumedang, 26 Juni 2014 06.45 (UT+7)

  • Sastra dan seisinya

    Tuan anti-UV

    ah sudah tanggal tua. pantas saja razia dimana-mana. jalanan ramai. terlihat ditiap pertigaan atau perempatan ada beberapa orang yang menggunakan pakaian khasnya. dengan kacamata hitam sebagai trendi nya. dengan sepatu hitamnya yang mengkilat mengalahkan kilau matahari. dengan helmnya-kadang dan itu semua membuat kebanyakan orang berpikir untuk menyepelekan mereka. oh kasian sekali dirimu wahai tuan anti UV! kusebut saja seperti itu. kadang sedih kadang juga kecewa. pernah beberapa kali aku mengelak pernyataan dari kakakku. sudah, kalau ditilang kamu keluarkan beberapa lembar uang-sesukamu dan selipkan saat kamu menyerahkan simmu. mudah bukan? apa itu harus terjadi? seolah-olah semua tuan memang seperti itu. aku anggap dirimu luar biasa. berdiri dibawah terik matahari. sabar akan…

  • Sastra dan seisinya

    Pelaminan

    siang ini. aku berada di ruangan yang kubilang penuh sekali. satu hal yang menarik dari “penuh” ini. semua terlihat bahagia. ada yang sedang makan, bercengkrama, berfoto, dan yang paling penting adalah sepasang merpati putih. kali ini duduk di sebuah tempat krusial. ya mungkin sebentar lagi atau suatu saat nanti aku juga akan merasakannya. disana. pelaminan. kupikir capek duduk berlama-lama disana. atau berdiri untuk menyalami satu persatu para tamu undangan. apalagi dengan pakaiannya yang berat-menurutku. ya mungkin itu akan menjadi sebuah pakaian yang digunakan sekali dalam seumur hidup-kamu. disanalah kamu akan mempertontonkan dirimu dan dirinya. sepasang tali kasih yang mungkin banyak membuat orang-orang disana cemburu. itu sebuah konsekuensi. sebelumnya kamu sudah…

  • Sastra dan seisinya

    Bersama

    kamu terlalu banyak tahu tentang diriku. ya sesaat aku terhenti. aku ingat akan banyak hal. kamu memang teman terdekat yang kupunya. banyak yang berkata bahwa aku dan kamu-bisa saja kita bersama suatu saat nanti. barangkali mereka benar. dan ternyata aku berusaha untuk mengangguk setuju, membenarkan apa yang mereka katakan. ah sudahlah. sekalipun kita tidak berjodoh atau bahkan alam berkata lain. semoga saja aku menerimanya. dan memang itu yang seharusnya kulakukan bukan? aku pernah mendengar kisah antara Ali dan Fatimah. jujur saja, aku masih belum dapat memahami pertemuan mereka. bagiku, itu terlalu indah untuk dijadikan sebuah novel. ah aku terlalu berandai-andai. menciptakan sebuah kemungkinan-kemungkinan yang belum pasti. mengapung atau melayang. “Ali,…

  • Sastra dan seisinya

    Tuan Merah

    aku duduk terdiam di sebuah ruangan. kupikir hanya aku disini. tapi ternyata ada sosok lain yang tidak aku ketahui. tuan merah di dimensi berbeda. barangkali aku terlalu bangga dengan perkataanku sendiri. atau aku terlalu membuat-buat-memaksakan agar ini tetap terjadi. sepertinya saat ini tuan merah sedang merayakan sebuah pesta. tertawa terbahak-bahak melihatku. aku akhirnya terjebak dalam lingkaran yang dia buat. hai tuan merah! apa boleh aku bertanya untuk memastikan sesuatu. jujur saja-wanita paling suka mengetahui sebuah kepastian. kamu terlalu jujur. menunjukkan kemenanganmu. ah sepertinya memang begitu. kamu, tuan merah benar-benar berpesta. silakan lakukan semaumu. aku memang bodoh. kuucapkan selamat untukmu! selamat atas keberhasilanmu. hai tuan merah! sekalipun aku memang jahat. ada…

  • Sastra dan seisinya

    (?)

    saat hujan menjadi yang ketiga diantara kami, dan hujan membiarkan obrolan kami semakin jatuh dan jauh. kupikir hanya angin yang berani bertingkah seperti itu. angin yang selalu menyusup di setiap obrolan umat. namun kini, nampaknya hujan akan ikut campur. dan untuk saat ini, aku tak tahu apakah hujan akan memihakku ataukah memihaknya-dia yang kupikir telah dewasa dan menepati janji-janji dewa. “pembawaannya menyejukkan.”ya itu kata mereka. dan aku mengangguk berasumsi bahwa itu benar. selama angin menemani hidupku, aku tak pernah menyangka hal ini dapat terjadi. apa mungkin, aku yang terlalu berekspetasi besar dengan segala ke-idealisan yg kupunya? entahlah, aku justru berayukur memiliki ini. berharap agar tetap berada dalam ke-idealisan sesuai kadarnya.…

  • Sastra dan seisinya

    16 Juni

    “……kamu lagi ngapain? sehat kan? sehat iman?” pertanyaan-pertanyaan itu sering terlontar diantara kita. antara aku dan kamu. kamu masih ingat awal perjumpaan kita? jujur saja aku lupa. aku memang tak pandai mengingat kapan sebuah momen itu terjadi atau bahkan mengingat nama sesorang saja cukup sulit bagiku. yang aku ingat hanyalah dimana awal perbincangan kita saat aku dan kamu sama-sama sedang merajut nama dan logo angkatan sebagai salah satu tugas ospek mahasiswa baru dulu. apa kamu ingat? awalnya aku tak mengira kalau sekarang kita akhirnya bisa saling berbagi. aku pun tak ingat kembali bagaimana kelanjutan dari kisah awal mula perkenalan kita saat itu. mungkin bagimu tak penting. walaupun sampai sekarang aku…

  • Sastra dan seisinya

    Taat

    hai langit. hai bintang. hai angin. hai hujan. hai orang-orang langit! malam ini aku mendengar dendangan lagu melalui tepukan rebana. anak-anak itu. rasanya senandung “tola’al badru..” sudah lama tak kudengar. aku merasakan kebahagiaan mereka. sambutan kedatangan untuk sang pembawa cahaya, pemecah kegelapan. kalau tidak ada para kaum dulu, mungkin tidak ada kaum sekarang. itu kata orang disana. sebenarnya kita kaum yang sama. mau dulu ataupun sekarang, kita umat nabi. kebayang betapa luar biasanya beliau, bahkan saat detik-detik terakhir menginjakkan kaki di bumi, beliau masih sempat mengkhawatirkan kita agar menjadi umat yang taat. umat di masa depan. sekarang? masih layakkah kita disebut sebagai umat? sebenarnya mudah. taat. itu cukup menjawab pertanyaan.…

  • Sastra dan seisinya

    Sami'na wa Atho'na

    aku bertanya,”mengapa aku-yang sampai sekarang masih tetap ingin dan bersikeras untuk dekat denganmu? dan mengapa harus kamu? kamu boleh bilang aku bodoh. namun kalaupun akhirnya kita ditakdirkan bertemu dan merajut kenangan bersama, bagiku itu adalah hadiah terindah karna akhirnya aku bisa menjadi makmum-kamu. sami’na wa atho’na.” Sumedang, 14 Juni 2014 20.03 (UT+7)

  • Sastra dan seisinya

    cinta dan unsur hara

    “sekiranya cinta memang sudah seperti itu sejak dulu, aku tak pernah menyerah untuk berada di sekitarmu walau itu hanya sebagai bayangan. melihatmu saja aku sudah senang apalagi berbicara denganmu? setidaknya aku bersyukur masih memiliki rasa ini.” mungkin banyak orang yang beranggapan ketika berbicara tentang “cinta” semua mengaitkan tentang adam dan hawa. dimana sebuah cinta akan datang hanya dalam sepersekian detik. namun bagiku tidak begitu. cinta itu luas kawan. mau bagaimanapun juga cinta diatas semua kasta ya cinta kepadaNya. ketika kamu berbicara tentang defisiensi unsur hara pada tumbuhan maka itu semua sama. kamu sebagai tumbuhannya dan cinta sebagi unsur haranya. tumbuhan membutuhkan unsur hara dan kamu membutuhkan cinta. percaya atau tidak…

error: Content is protected !!